PYONGYANG. Akhir pekan ini, tepatnya pada Sabtu (15/4) menjadi hari yang paling penting bagi Korea Utara (Korut). Atau dikenal dengan sebutan "Day of The Sun". Menandai peringatan kelahiran ke-105 pendiri negari terisolasi itu Kim II-sung. Pyongyang pun telah menyampaikan setidaknya kepada 200 wartawan asing, termasuk dari Jepang dan Amerika Serikat (AS) perihal rangkaian acara besar dan penting terhitung mulai Kamis (13/4). Meski otoritas setempat tidak secara detail merinci acara besar yang dimaksud. Spekulasi pun mengemuka di tengah krisis Semenanjung Korea semakin memanas, usai armada kapal induk AS USS Carl Vinson mendekati perairan Korut.
Sumber: Worldatlas.com Korut sepertinya semakin menegaskan sikapnya untuk mempertahankan diri dengan kekuatan bersenjata penuh, merespon langkah AS. "Kami akan pastikan AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang disebabkan oleh tindakan keterlaluan. Korut siap untuk bereaksi terhadap berbagai mode perang yang diinginkan AS," sebut Kementerian Luar Negeri Korut seperti dikutip KCNA. Korut pun siap meluncurkan senjata nuklirnya. "Tentara kuat revolusioner kami mengawasi setiap gerakan oleh unsur-unsur musuh dengan mata nuklir. Kami terfokus pada basis penyerangan AS tidak hanya di Korea Selatan dan Pasifik tetapi juga daratan AS," tulisnya. Misteri Tetapi, juru bicara Gedung Putih Sean Spicer meragukan kemampuan Korut atas ancaman tersebut. "Saya pikir tidak ada bukti bahwa Korut memiliki kemampuan saat ini. Mengancam sesuatu dengan Anda miliki, tidak benar-benar sebuah ancaman," katanya. Presiden Donald Trump sendiri menyatakan pengiriman armada militer sebagai bentuk unjuk kekuatan terhadap Korut. Korut dipandang seringkali melakukan tindakan provokatif dengan uji senjata nuklir. "Korut sedang mencari masalah. Jika China memutuskan untuk membantu, itu akan menjadi besar. Jika tidak, kami akan memecahkan masalah tanpa mereka!,” kata Trump. Ya, bisa jadi anggapan Negeri Paman Sam soal kemampuan senjata nuklir Korut benar, atau juga salah. Pasalnya, kemampuan senjata nuklir Korut diselimuti misteri karena di rezim Kim Jong-un ini, Korut begitu rahasia dan terisolasi. Korut melakukan dua uji coba nuklir tahun lalu. Langkah pengujian ini yang akan memungkinkan untuk menembakkan rudal jarak jauh berhulu ledak nuklir ke AS.
Senada sebagaimana yang disampaikan Dennis Wilder, mantan asistten khusus George W Bush. Dirinya memperingatkan bahwa Korut sedang mengembangkan rudal balistuknya yang mampu mencapai pantai barat AS. "Ini akan menjadi bencana, setelah senjata 10 kiloton bisa membunuh 100.000 orang," katanya kepada ABC Lateline. Wilder menyakini Korut memiliki senjata tersebut dalam kurun waktu empat tahun ke depan. "Dengan kata lain, selama masa pemerintahan Presiden Trump," paparnya. General Direktur Badan Energi Atom Internasional Yukiya Amano menuturkan fasilitas pengayaan uranium Korut meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun. Institute for Science and International Security memperkirakan Korut memiliki 10 sampai 16 senjata nuklir pada akhir 2014. Tetapi kemudian bertambah 4-6 lagi sebelum musim panas 2016.