KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek dari pantai timurnya pada Kamis (12/9), menurut militer Korea Selatan. Ini merupakan peluncuran pertama dalam kurun lebih dari dua bulan. Rudal-rudal tersebut diluncurkan dari Pyongyang sekitar pukul 07.10 pagi waktu setempat (2210 GMT Rabu) dan terbang sejauh 360 km (225 mil) sebelum jatuh ke laut, kata Kepala Staf Gabungan, tanpa merinci jumlah rudal yang diluncurkan.
Baca Juga: Kim Jong Un Bersumpah Meningkatkan Persenjataan Nuklir Secara Eksponensial "Kami sangat mengutuk peluncuran rudal Korea Utara, yang merupakan provokasi nyata yang secara serius mengancam perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea," kata pernyataan tersebut. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang pekan lalu mengunjungi Seoul untuk memperkuat hubungan dengan Korea Selatan menjelang pengunduran dirinya yang akan datang, mengatakan Tokyo mengecam peluncuran tersebut dan melayangkan protes terhadap Korea Utara. "Kami terus melakukan upaya maksimal untuk pemantauan dan bekerja sama dengan AS dan Korea Selatan," kata Kishida. Utusan nuklir dari Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat berbicara melalui telepon dan menyebut peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Korea Selatan. Mereka juga berjanji untuk merespons setiap provokasi Korea Utara.
Baca Juga: Pyongyang: Ancaman Nuklir AS Bakal Dihalangi dengan Kekuatan Nuklir Korea Utara Korea Utara terakhir kali meluncurkan rudal pada 1 Juli, ketika negara tersebut mengklaim telah berhasil menguji rudal balistik taktis baru yang mampu membawa hulu ledak super besar seberat 4,5 ton. Peluncuran terbaru ini terjadi beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk memproduksi lebih banyak senjata nuklir secara "eksponensial" dan memastikan mereka siap digunakan "kapan saja." AS Tuduh Kim Bantu Rusia Peluncuran Kamis mungkin ditujukan sebagai respons terhadap latihan militer Korea Selatan-AS baru-baru ini atau untuk menguji rudal yang akan diekspor ke Rusia, kata seorang juru bicara militer dalam sebuah briefing. Korea Utara dituduh memasok senjata, termasuk drone dan rudal balistik, kepada Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Baca Juga: Korea Utara Kecam PBB: Laporan HAM Mereka Dibuat-buat Ukraina dan Amerika Serikat, bersama negara-negara lain dan analis independen, mengatakan bahwa Kim membantu Rusia dalam perang tersebut dengan menyuplai roket dan rudal sebagai imbalan bantuan ekonomi dan militer dari Moskow. Laporan dari
Conflict Armament Research (CAR), sebuah organisasi yang melacak asal-usul senjata yang digunakan dalam konflik, menyebutkan bahwa rudal balistik Korea Utara ditemukan dalam invasi Rusia ke Ukraina, termasuk bukti publik pertama bahwa rudal yang diproduksi tahun ini di Korea Utara digunakan dalam konflik tersebut. Penemuan tanda produksi tahun 2024 pada salah satu rudal mengungkapkan periode singkat antara produksi dan penggunaannya di Ukraina, menurut CAR. Meskipun Moskow dan Pyongyang membantah tuduhan tersebut, mereka telah berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer dan menandatangani kemitraan strategis komprehensif pada pertemuan puncak Juni lalu.
Editor: Yudho Winarto