Koreksi batubara dipicu antisipasi pidato Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Koreksi harga batubara disinyalir terjadi bukan semata-mata efek konferensi iklim di Bonn, Jerman baru-baru ini, yang menghasilkan liga Powering Past Coal Alliance. Penurunan harga komoditas emas hitam lebih dipicu antisipasi pasar terhadap pidato Gubernur The Fed dan European Central Bank (ECB) pekan ini.

Mengutip Bloomberg, harga batubara kontrak pengiriman Desember 2017 di ICE Future Exchange turun 1,62% menjadi US$ 90,85 per metrik ton pada Jumat (17/11). Dalam sepekan, harganya sudah melorot 5,76% dari level US$ 96,40 per metrik ton.

Konferensi iklim di Bonn, Jerman yang ditutup pada 17 November lalu, menghasilkan setidaknya 15 negara menyetujui aliansi yang berniat menghapuskan penggunaan batubara pada pembangkit listrik sebelum 2030. Dilaporkan negara Inggris, Kanada, Denmark, Finlandia, Italia, Prancis, Belanda, Portugal, Belgia, Swiss, Selandia Baru, Ethiopia, Meksiko dan Kepulauan Marshall bergabung dengan aliansi tersebut.


Meski sudah merangkul 15 negara, namun beberapa pengguna batubara terbesar di dunia, seperti China, Amerika Serikat, Jerman dan Rusia, belum bergabung dalam aliansi tersebut.

"Pertemuan di Bonn maupun isu lingkungan akan berbobot kalau AS dan China terlibat, apalagi karena AS sudah keluar dari keanggotaan jadi pelaku pasar tidak terlalu pikir panjang," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim kepada KONTAN, Senin (20/11).

Lanjut Ibrahim, pelaku pasar akan terus terlibat dengan perdagangan batubara tanpa melihat asal negara si trader.

Adapun, aksi jual dalam sepekan terakhir lantaran pelaku pasar menunggu pidato gubernur ECBl Mario Draghi dan The Fed Janet Yellen pada Rabu ini. Menurutnya, apabila kedua gubernur bank sentral tersebut menyuarakan komentar yang dapat berpengaruh negatif pada dollar, maka pelaku pasar akan kembali masuk ke perdagangan batubara.

"Selasa dan Rabu, harga batubara kemungkinan jatuh lagi dan bisa mencapai harga terendah di US$ 87-an, sebelum kembali naik," proyeksi Ibrahim.

Namun, ia optimistis, hingga akhir tahun ini, batubara dapat kembali menembus angka US$ 95, dan tahun depan dapat melejit hingga US$ 103.

Asal tahu saja indeks dolar hari ini (20/11) pukul 17.00 WIB menguat 0,29% ke level 93,93. Penguatan dollar menyebabkan harga komoditas tertekan.

Prediksi Ibrahim, Selasa (21/11), harga batubara akan lanjut terkoreksi di kisaran US$ 89,70-US$ 90,95 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan dapat melebar antara US$ 87-US$ 91,20 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini