JAKARTA. Harga batubara masih mampu bertengger di atas level US$ 80 per ton. Tapi fundamental komoditas ini bisa tertekan, lantaran sentimen yang melingkupi komoditas ini cenderung negatif.Jumat (3/3) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Mei 2017 di ICE Futures Europe menukik 1,83% ke US$ 80,05 per ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga batubara tergerus 3,08%.Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures, menuturkan, harga batubara tengah terseret penurunan harga minyak mentah. Kemarin (6/7), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dilego US$ 52,92 per barel, atau turun 2,09% selama sepekan terakhir.
Selain itu, produksi batubara India selama Februari lalu naik. Produksi Coal India Ltd, salah satu produsen batubara terbesar India, naik 6,5% menjadi 54,3 juta ton dibanding Februari 2016. Pada saat yang bersamaan, pengiriman batubara dari India di Februari 2017 cuma naik 4,8% menjadi 47,73 juta ton. Ini jauh dari target, yakni 50,6 juta ton. "Dari India, rencana mereka menggenjot produksi malah bisa memberi tekanan lanjutan bagi harga batubara," jelas Wahyu. Dari Amerika Serikat (AS), The Association of American Railroads melaporkan jumlah kontainer pengangkut batubara pada bulan Februari 2017 naik 19,2% dibanding bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak 1998. Artinya terjadi kenaikan pengiriman batubara yang siap membanjiri pasar global. "Maka bukan tidak mungkin harga batubara turun lagi pada Selasa (7/3), dengan
support kuat US$ 79 per metrik ton," analisa Wahyu. Produksi China Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, menyebut tekanan pelemahan harga minyak pada harga batubara masih akan terasa beberapa waktu ke depan. Selain itu, data ekonomi AS juga perlu diwaspadai. Jika data ekonomi yang dirilis positif, kurs dollar AS berpotensi naik. Ini akan membuat harga komoditas yang dijual dalam dollar AS, termasuk batubara, tertekan. Kendati begitu, permintaan batubara di Asia masih tinggi, khususnya di Vietnam. Serapan batubara untuk pembangkit listrik di sana diperkirakan naik 55% hingga tahun 2025.
Selain itu, China juga berniat memangkas produksi batubara 150 juta ton tahun ini. Dalam lima tahun mendatang China berharap bisa mengikis produksi hingga 800 juta ton. "Jika rencana China berjalan sesuai harapan, akan terjadi kekeringan pasokan di pasar global dalam jangka panjang," kata Ibrahim. Secara teknikal, harga batubara masih bisa naik terbatas.
Moving average dan
bollinger band berada 20% di atas
bollinger tengah. RSI level 70% positif. Tapi
stochastic dan MACD di area 60% negatif. Ibrahim memprediksi harga batubara hari ini bergerak di kisaran US$ 79,70-US$ 81,80 per ton dan di kisaran US$ 80,65-US$ 83,10 per ton sepekan ke depan. Hitungan Wahyu, hari ini harga bergerak antara US$ 79,00-US$ 82,80 per ton dan antara US$ 77,00-US$ 85,00 per ton dalam sepekan ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie