Koreksi harga CPO masuki hari keempat



JAKARTA. Penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sudah memasuki hari keempat dan diprediksi masih bisa terus berlanjut. Perkiraan naiknya produksi CPO Malaysia dan Indonesia menjadi katalis negatif yang membayangi pergerakan harga.

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/3) pukul 15.06 WIB harga CPO kontrak pengiriman Mei 2017 di Malaysia Derivative Exchange tergelincir 0,14% ke level RM 2.719 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Bahkan dalam sepekan terakhir harga CPO sudah menukik 4,89%.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures menjelaskan tren pergerakan harga CPO jangka pendek ini memang masih bearish. Bahkan tidak mungkin bergerak ke bawah RM 2.700 per metrik ton.


Berkaca dari buruknya bayang fundamental yang membayangi harga di pasar global saat ini. Pertama, koreksi harga minyak kedelai membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan permintaannya ke minyak kedelai, sebagai salah satu komoditas substitusi CPO.

Hal ini salah satunya ditunjukkan oleh dugaan kenaikan impor minyak kedelai India Februari 2017 menjadi 242.500 ton atau naik dibanding Januari 2017 yakni sebanyak 166.573 ton. "Tentunya ini buruk bagi harga CPO apalagi di saat bersamaan, ekspor CPO Malaysia di awal Maret menunjukkan penurunan," ujar Wahyu.

Memang Cargo Surveyor Societe Generale de Surveillance melaporkan ekspor Malaysia 1 - 10 Maret 2017 turun 25,7% menjadi 250.481 ton dari sebelumnya di 1 - 10 Februari 2017 yang mencapai 337.282 ton.

Tidak berhenti di situ, rencana pemerintah Malaysia untuk menyuntikkan dana sebesar RM 50 juta untuk industri sawit juga menimbulkan kekhawatiran pasar. Nantinya dana ini akan digunakan untuk meningkatkan kinerja dan hasil produksi perkebunan sawit di Malaysia.

Diharapkan dengan adanya dana ini maka akan terjadi kenaikan dan keberlanjutan produksi yang positif di masa mendatang. Tentu jika tidak diimbangi dengan permintaan seperti saat ini, hal tersebut bisa memberikan tekanan pada harga.

"Dengan beban yang masih besar seperti saat ini ada potensi harga terus turun ke level RM 2.200 per metrik ton. Tapi untuk jangka pendek bisa juga rebound terbatas mengingat penurunan sudah berlangsung lama," tebak Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto