JAKARTA. Harga tembaga kian terpuruk. Isu perlambatan ekonomi China menyebabkan harga logam industri ini sudah terkoreksi selama sembilan hari terakhir. Ini merupakan koreksi terpanjang semenjak Januari 1996. Senin (3/2), harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% dari akhir pekan lalu ke level US$ 7.036 per metrik ton (MT) pada pukul 15:48 waktu Tokyo. Bahkan, sepanjang Januari lalu, harga tembaga sudah tergerus sebesar 4%. Sementara, kemarin (3/2), harga tembaga untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa Comex, New York terkoreksi 0,1% menjadi US$ 3,19 per pon. Biro Statistik Nasional China merilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) per Januari 2014 turun menjadi 50,5, dari bulan sebelumnya mencapai level 51. Ini merupakan angka terendah dalam enam bulan terakhir. Data tersebut memicu pelaku pasar berspekulasi, impor tembaga dari China bakal menyusut. Alhasil, harganya kian tertekan. China menjadi acuan, lantaran negara ini sebagai pengguna logam industri terbesar di dunia. "Tembaga menangkap sinyal dari pertumbuhan ekonomi China. Apalagi, pasar negara berkembang sedang tertekan, sehingga memperdalam kekhawatiran pasar," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager Riset Nihon Unicom Inc. di Tokyo, seperti dikutip dari Bloomberg.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono sependapat, kecemasan terhadap ekonomi China menjadi pemicu koreksi tembaga. Ke depan, harga tembaga masih akan berlanjut melemah. Tembaga akan tertekan, karena kecemasan pasar terhadap krisis di emerging market. Selain itu, ada pula kekhawatiran terhadap hasil rapat The Fed yang memangkas stimulus moneter. Keputusan itu dikhawatirkan membawa sentimen negatif bagi pasar komoditas. Makanya, Wahyu menduga, harga tembaga di tahun ini tak akan setinggi tahun lalu yang bergulir di kisaran US$ 6.900-7.500 per MT.Secara teknikal, ia mengatakan, harga tembaga sedang berada dalam kondisi jenuh jual (oversold). Relative strength index (RSI) sudah di area oversold di level 31. Sedangkan, moving average convergence divergence (MACD) di area negatif 41. Ini menunjukkan potensi penurunan. Pergerakan harga juga masih di bawah moving average (MA) 100 dan MA 200,. Ini mengindikasikan potensi penurunan harga tembaga. Secara keseluruhan, masih ada potensi turun, namun kemungkinan harga tembaga untuk rebound juga masih terbuka. Dus, Wahyu pun memprediksi, sepekan ini, harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 6.900-US$ 7.200 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Koreksi harga tembaga berlanjut
JAKARTA. Harga tembaga kian terpuruk. Isu perlambatan ekonomi China menyebabkan harga logam industri ini sudah terkoreksi selama sembilan hari terakhir. Ini merupakan koreksi terpanjang semenjak Januari 1996. Senin (3/2), harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,4% dari akhir pekan lalu ke level US$ 7.036 per metrik ton (MT) pada pukul 15:48 waktu Tokyo. Bahkan, sepanjang Januari lalu, harga tembaga sudah tergerus sebesar 4%. Sementara, kemarin (3/2), harga tembaga untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa Comex, New York terkoreksi 0,1% menjadi US$ 3,19 per pon. Biro Statistik Nasional China merilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) per Januari 2014 turun menjadi 50,5, dari bulan sebelumnya mencapai level 51. Ini merupakan angka terendah dalam enam bulan terakhir. Data tersebut memicu pelaku pasar berspekulasi, impor tembaga dari China bakal menyusut. Alhasil, harganya kian tertekan. China menjadi acuan, lantaran negara ini sebagai pengguna logam industri terbesar di dunia. "Tembaga menangkap sinyal dari pertumbuhan ekonomi China. Apalagi, pasar negara berkembang sedang tertekan, sehingga memperdalam kekhawatiran pasar," kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager Riset Nihon Unicom Inc. di Tokyo, seperti dikutip dari Bloomberg.Analis Megagrowth Futures, Wahyu Tribowo Laksono sependapat, kecemasan terhadap ekonomi China menjadi pemicu koreksi tembaga. Ke depan, harga tembaga masih akan berlanjut melemah. Tembaga akan tertekan, karena kecemasan pasar terhadap krisis di emerging market. Selain itu, ada pula kekhawatiran terhadap hasil rapat The Fed yang memangkas stimulus moneter. Keputusan itu dikhawatirkan membawa sentimen negatif bagi pasar komoditas. Makanya, Wahyu menduga, harga tembaga di tahun ini tak akan setinggi tahun lalu yang bergulir di kisaran US$ 6.900-7.500 per MT.Secara teknikal, ia mengatakan, harga tembaga sedang berada dalam kondisi jenuh jual (oversold). Relative strength index (RSI) sudah di area oversold di level 31. Sedangkan, moving average convergence divergence (MACD) di area negatif 41. Ini menunjukkan potensi penurunan. Pergerakan harga juga masih di bawah moving average (MA) 100 dan MA 200,. Ini mengindikasikan potensi penurunan harga tembaga. Secara keseluruhan, masih ada potensi turun, namun kemungkinan harga tembaga untuk rebound juga masih terbuka. Dus, Wahyu pun memprediksi, sepekan ini, harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 6.900-US$ 7.200 per metrik ton.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News