Koreksi IDX80 lebih dalam daripada IHSG dan LQ45 di bulan Mei



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis valuasi minor atas saham-saham dalam IDX80 pada 25 April 2019 lalu. Sejumlah analis menilai berubahnya rasio saham free float dan turunnya valuasi indeks wajar di tengah keadaan investor yang cenderung wait and see.

Sepanjang bulan Mei hingga hari ini, Selasa (28/5), IDX80 turun 8,23% ke 133,39. Penurunan IDX80 ini lebih tajam jika dibandingkan dengan penurunan IHSG sebesar 6,54% dan LQ45 yang tergerus 7,30% pada periode yang sama.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan, pergerakan indeks IDX80 yang turun lantaran sentimen pasar secara global dan domestik sehingga investor cenderung wait and see.


“Misalnya saja trade war yang berkepanjangan membuat investor melakukan aksi profit taking sehingga saham terkoreksi,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (28/5).

Evaluasi minor yang memasukkan free float sebagai penghitungan indeks menyebabkan komposisi jumlah saham emiten dalam IDX80 berubah. Jumlah saham Astra International (ASII) yang digunakan untuk penghitungan indeks IDX80 yang awalnya 17,76 miliar saham naik menjadi 18,25 miliar saham.

Jumlah saham Bank Central Asia (BBCA) berkurang dari 5,51 miliar saham menjadi 5 miliar saham. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) berkurang dari 38,57 miliar saham menjadi 31,78 miliar saham. Serta Bank Danamon Indonesia (BDMN) yang saham free float turun signifikan dari 2,57 miliar saham tinggal 664 juta saham.

Analis Infovesta Utama TH Praska Putrantyo mengatakan, faktor lain yang mempengaruhi perubahan saham free float bisa karena aksi korporasi.

Misalnya saja April lalu Bank Jepang MUFG Ltd mengakuisisi Bank Danamon (BDMN) sebanyak 5,17 miliar saham atau senilai Rp 49,61 triliun dan menggelar merger antara BDMN dan Bank Nusantara Parahyangan (BNPB). Sehingga pada 31 Maret 2019 jumlah saham publik BDMN yang sebelumnya 26,17% atau 2,50 miliar saham menyusut menjadi 6,02% atau 576 juta saham pada April 2019.

“Aksi korporasi seperti BDMN yang membuat saham free float berkurang banyak tidak serta merta membuat BDMN akan terdepak dari indeks IDX80,” jelasnya.

Praska bilang bobot perhitungan IDX80 relatif baru dengan menggunakan saham yang dimiliki publik (free float). Namun anggota yang tercatat di indeks ini dinilai bukan hanya karena saham publiknya saja tapi juga likuiditas sahamnya.

Selain itu menurut Praska, keanggotaan di IDX80 juga tidak ada batasan jumlah free float yang beredar. Jadi perubahan ini menjadi hal yang wajar. Menurutnya belum tentu saham yang free float banyak bisa likuid.

“Perubahan ini hal yang wajar dan investor bisa terus mencermati saham-saham yang menarik dengan potensi kinerja yang baik ke depannya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati