Koreksi IHSG Jadi Kesempatan Sucorinvest AM untuk Mengoleksi Saham Murah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berakhir di zona hijau dalam dua hari perdagangan awal pekan ini. Pada Senin (12/12) dan Selasa (13/12), IHSG secara akumulasi naik 1,42% ke level 6.810,31.

Padahal, sejak awal Desember 2022, IHSG selalu berakhir di zona merah hingga menyentuh level 6.700an. Namun, pada Rabu (14/12), IHSG kembali terkoreksi tipis 0,13% ke level 6.801,74.

Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Caroline Hanni mengatakan, saat ini pasar lebih optimistis dibandingkan dua minggu terakhir. 


Baca Juga: IHSG Rebound, Manajer Investasi Sarankan Investor untuk Menadah Saham Murah

Aliran dana mulai masuk kembali ke saham sektor keuangan, teknologi, maupun energi setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan angka inflasi konsumen yang melandai di bawah ekspektasi.

"Sentimen ini diharapkan mampu mendorong IHSG untuk melanjutkan kenaikan hingga akhir tahun," kata Caroline saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (14/12).

Secara historikal selama 10 tahun terakhir, IHSG umumnya memang terkoreksi pada awal bulan Desember. Setelah itu, IHSG akan melanjutkan santa claus rally atau kenaikan window dressing di pekan kedua hingga pekan ketiga.

Caroline menyampaikan, Sucorinvest Asset Management (Sucorinvest AM) sudah mengantisipasi koreksi pasar yang terjadi beberapa waktu terakhir dengan menaikkan porsi kas sejak awal November 2022. 

Pihaknya melihat koreksi ini sebagai peluang menarik untuk mengoleksi saham-saham blue chip yang harganya kembali murah.

"Pengelolaan secara aktif yang kami terapkan pada seluruh produk reksa dana saham membuat kami sangat fleksibel dalam melakukan aksi jual maupun pembelian di setiap siklus pasar," tutur Caroline.

Sejauh ini, strategi ini sesuai dengan target dan pandangan perusahaan terhadap kondisi ekonomi. Alhasil, Sucorinvest AM berhasil mendorong imbal hasil lebih unggul dari benchmark dan peers sepanjang tahun 2022.

Saat ini, Sucorinvest AM menyukai sektor keuangan, komoditas, dan beberapa sektor turunannya seperti properti dan retail. Tingginya harga komoditas yang menjadi ekspor utama Indonesia telah banyak mendorong profitabilitas dari perusahaan terkait komoditi.

Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah di Awal Perdagangan Kamis (15/12), Sektor Keuangan Melorot

Caroline melihat tren ini akan berlangsung sesuai dengan kondisi geopolitik global yang menyebabkan permintaan energi masih cukup tinggi. Naiknya tingkat suku bunga yang diiringi pemulihan ekonomi juga menguntungkan sektor perbankan yang tetap melanjutkan pertumbuhan kredit hingga saat ini.

Menurut Caroline, perubahan kondisi ekonomi yang berlangsung saat ini telah mendorong Sucorinvest AM untuk lebih defensif dalam jangka waktu pendek dalam menghadapi potensi resesi yang terjadi. 

Di sisi lain, pihaknya juga mendiversifikasi porsi portofolio untuk menyambut pergantian siklus ekonomi pada era suku bunga yang tinggi.

Meskipun begitu, Sucorinvest AM punya acuan tertentu dalam mengelola portofolio dalam produk-produk reksa dananya. Strategi ini dilakukan untuk menciptakan kinerja investasi yang optimal dalam jangka panjang.

Sebagai contoh, Sucorinvest Equity Fund (SEF) memiliki kebijakan investasi minimum 60% pada saham big caps yang termasuk dalam indeks LQ45 demi memastikan likuiditas dan volatilitas kinerja yang konsisten terhadap benchmark. Sementara sisanya berada di porsi saham-saham small to medium caps untuk mencetak alpha dengan memperhatikan valuasi dan siklus pasar.

Kemudian, Sucorinvest Maxi Fund (SMF) dan Sucorinvest Sharia Equity Fund (SSEF) memfokuskan pengembangan portofolio untuk horizon waktu yang lebih panjang. Produk ini punya porsi portofolio yang lebih besar pada saham medium-small cap yang memiliki fundamental baik dan potensi pertumbuhan yang berkesinambungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi