KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar kripto terutama Bitcoin saat ini mengalami periode koreksi, setelah naik tinggi mendekati harga US$ 36.000.
Koreksi yang terjadi pada Bitcoin mengakibatkan penurunan harga lebih dari 2% di akhir pekan ini. “
Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, utamanya penurunan volume perdagangan on-chain yang memicu pertimbangan bagi investor untuk mungkin mengambil keuntungan,” jelas Fyqieh Fachrur, Trader Tokocrypto dalam siaran pers, Jumat (3/11). Fyqieh memaparkan, d
ata dari Glassnode menunjukkan bahwa meskipun harga Bitcoin mengalami penurunan, persentase wallet yang saat ini mengalami keuntungan cukup tinggi. Lebih dari 81% pemegang Bitcoin baik jangka pendek maupun jangka panjang saat ini mendapatkan keuntungan. Baca Juga: Performa Aset Investasi Bulan Oktober, Bitcoin Catat Kenaikan Tertinggi “
Aksi ambil untung di awal bulan November ini didukung oleh peningkatan volume penjualan. Kombinasi penurunan volume perdagangan dan jumlah keuntungan investor yang tinggi dapat menyebabkan harga Bitcoin terus turun, jika lebih banyak investor dan trader mulai merealisasikan keuntungan mereka,”tambahnya. Selain itu, investor juga mulai merasa adanya ketidakpastian jangka pendek di pasar kripto.
Bursa dan Sekuritas Amerika Serikat (SEC) nampaknya siap untuk terus menunda keputusan persetujuan ETF Bitcoin spot hingga tahun 2024. Bahkan dengan penurunan harga Bitcoin saat ini, dana kripto institusional mengalami aliran masuk mingguan terbesar dalam lebih dari satu tahun pada tanggal 30 Oktober lalu, menurut Glassnode. Di samping itu,
Fyqieh melanjutkan, harga Bitcoin terus mendapat dampak langsung dari peristiwa makroekonomi, di mana pada Jumat (3/11) waktu setempat di AS akan ada rilis data Nonfarm Payrolls (NFP). Para pelaku pasar akan memantau NFP dengan cermat. Baca Juga: Saham PayPal Menguat Setelah Mengurangi Risiko Akikbat Crypto NFP yang sangat dinanti diharapkan akan menambahkan 180 ribu pekerjaan di bulan Oktober, sementara Tingkat Pengangguran diharapkan akan tetap stabil di 3,8%. Jika NFP tetap tinggi, Bitcoin kemungkinan akan tetap mengalami koreksi. A
danya kemungkinan eskalasi lebih lanjut dalam konflik antara Israel dan Hamas, tindakan regulasi, dan kenaikan suku bunga juga akan terus berdampak pada harga BTC. Meskipun Ketua The Fed, Jerome Powell, telah menghentikan kenaikan suku bunga, harga Bitcoin belum langsung bereaksi positif. Dalam jangka panjang
, Fyqieh mengamati, pelaku pasar masih memperkirakan harga Bitcoin akan pulih terutama karena semakin banyak lembaga keuangan yang tampaknya menggunakan BTC. Target harga Bitcoin untuk mencapai US$ 40.000 pada akhir tahun 2023 masih dianggap realistis. Sementara Bitcoin Fear & Greed Index masih mencerminkan sentimen
“Greed," meskipun terjadi penurunan poin dari Kamis (2/11) lalu yang masih berada di angka 72 poin, saat ini indeks tersebut turun menjadi 65. “
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada sedikit penurunan dalam tingkat optimisme di pasar kripto, meskipun masih ada ketertarikan tinggi terhadap aset kripto seperti Bitcoin. Investor dan trader mungkin lebih waspada dalam mengamati pergerakan pasar dan berpotensi melakukan aksi jual jika situasi lebih lanjut memburuk,” tutur Fyqieh. Baca Juga: Bitcoin Bertahan di Atas US$ 34.000, Momentum Bullish Berlanjut pada November Secara teknikal, Fyqieh menjelaskan, p
ergerakan Bitcoin masih bertahan di atas EMA 50 hari dan 200 hari. Ini menegaskan sinyal harga bullish, tetapi sudah berada di wilayah overbought. Penurunan BTC di bawah US$ 34.000 akan
menekan penurunan hingga level support US$ 32.436. Pembacaan RSI 14 Harian di 73,21 menunjukkan BTC berada di wilayah overbought, di mana tekanan jual mungkin meningkat. Namun, penembusan BTC di atas level resistensi US$ 35.265 akan mendukung pergerakan menuju level
resistance US$ 36.400. Tetapi perlu diperhatikan, BTC mungkin memerlukan sentimen di pasar kripto untuk menembus resistensi yang lebih tinggi. “
Berita terkait ETF Bitcoin spot, data ekonomi AS dan aktivitas SEC akan tetap menjadi titik fokus pergerakan BTC ke depan,” pungkas Fyqieh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli