Koreksi pasar saham & obligasi mengancam reksadana



JAKARTA. Tekanan pasar saham dan obligasi masih akan membayangi industri reksadana hingga akhir tahun ini. Analis Infovesta Utama Viliawati memperkirakan, kinerja reksadana terancam minus, karena belum ada sentimen positif yang dapat menopang kinerja bursa domestik. Menurutnya, laju inflasi Mei 2015 di angka 7,15% bisa menahan kinerja bursa saham dan obligasi.

Pelemahan rupiah dan aksi jual investor asing sejak akhir bulan lalu juga menjadi pemberat kinerja aset dasar reksadana. "Valuasi bursa saham juga masih mahal, apalagi di tengah revisi proyeksi ekonomi domestik," ujarnya, Selasa (9/6).

Viliawati bilang, investor perlu mencermati sejumlah sentimen hingga akhir tahun nanti. Seperti, data ekonomi domestik, laporan keuangan emiten, realisasi penyerapan anggaran pemerintah, serta rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).


Meski demikian, dana kelolaan industri reksadana masih berpotensi naik hingga akhir tahun ini. Kenaikan akan ditopang pertumbuhan unit penyertaan. Infovesta Utama mencatat, dana kelolaan reksadana bertambah Rp 11,45 triliun sepanjang Mei 2015. Adapun, sepanjang tahun ini, dana kelolaan naik Rp 26 triliun atau 11,4% menjadi Rp 254,59 triliun.

Pertumbuhan dana kelolaan bulan lalu ditopang kinerja reksadana yang relatif positif. Juga kontribusi dari kenaikan jumlah unit penyertaan, terutama pada reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

Vice President Investment Quant Kapital Investama Hans Kwee optimistis, dana kelolaan reksadana bisa naik 10%-15% tahun ini. "Kenaikan ditopang pertumbuhan ekonomi dan masuknya dana asing. Pelemahan rupiah hanya terjadi di tengah tahun ini," prediksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie