Koreksi rupiah berlanjut



JAKARTA. Ragam data ekonomi dalam negeri yang positif masih gagal mengangkat posisi rupiah sepanjang pekan ini. Di pasar spot, Jumat (17/2), valuasi rupiah terkikis 0,08% dibanding hari sebelumnya menjadi Rp 13.333 per dollar Amerika Serikat (AS) dan melemah 0,15% selama sepekan ini. Sementara kurs tengah rupiah Bank Indonesia stagnan di Rp 13.328 per dollar AS. Bila dihitung dalam sepekan, kurs tengah rupiah versi BI tergerus 0,07%.

Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, menjelaskan, membaiknya klaim pengangguran mingguan dan tingkat inflasi di AS, serta meningkatnya penjualan ritel dan izin bangunan, mampu mengangkat dollar AS. Alhasil, rentang pergerakan rupiah pekan ini jadi sempit.

Pidato Gubernur The Fed Janet Yellen terkait kenaikan suku bunga pun ikut menopang penguatan USD di tengah pekan. Memang, pada pidato kedua, Yellen kembali tidak memberi sinyal jelas soal kenaikan suku bunga.


Padahal, data ekonomi domestik, seperti surplus neraca perdagangan RI, seharusnya berimbas positif bagi rupiah. Apalagi, BI mempertahankan suku bunga di level 4,75%. "Tapi ketidakpastian pasar global terutama karena memanasnya geopolitik di Eropa dan penantian pidato Donald Trump, membuat rupiah terpojok," tutur Reny.

Nizar Hilmy, analis Soegee Futures, melihat pelemahan rupiah terjadi karena sejak Januari rupiah sudah cukup menguat. Bahkan pada 9 Februari sempat menyentuh level tertinggi dalam dua bulan yaitu di Rp 13.295 per dollar AS. "Jadi wajar kalau koreksi dulu," terangnya.

Prediksi Nizar, pelemahan rupiah akan berlanjut hingga pekan depan karena permintaan USD di akhir bulan cenderung naik. Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.320-Rp 13.380. Reny memprediksi rupiah pekan depan melemah dan bergerak di kisaran Rp 13.310-Rp 13.370.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia