JAKARTA. Pelemahan harga tembaga diprediksi akibat aksi investor yang merealisasikan keuntungan alias profit taking. Maklum, selama sepekan harga komoditas industri ini tumbuh signifikan. Mengutip Bloomberg Jumat (15/4), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,49% dibandingkan hari sebelumnya, menjadi US$ 4.807,5 per metrik ton. Dalam sepekan, harga naik 2,88%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures, berpendapat, tekanan harga tembaga bersifat teknikal. Para pelaku pasar merealisasikan keuntungan alias profit taking, setelah harga tembaga reli dalam sepekan.
Andri memprediksikan, harga tembaga berpeluang menanjak pada perdagangan Senin (18/4). Menurut dia, harga tembaga sedang berbalut tren bullish. Alasannya, data ekonomi China positif. Di antaranya adalah produk domestik bruto (PDB) China kuartal I-2016 tumbuh 6,7% year on year (yoy). Pencapaian tersebut sesuai estimasi ekonom dan sejalan dengan target pemerintah yang dipatok 6,5%-7% tahun ini. Lalu produksi industri China Maret 2016 naik 6,8% yoy, lebih baik dari posisi bulan sebelumnya sebesar 5,4% (yoy). Selain itu, impor tembaga China pada Maret 2016 terangkat 40% dari bulan sebelumnya menjadi 570.000 ton. Sedangkan, stok tembaga di LME turun dari 200.000 ton menjadi 150.000 ton. "Ada juga faktor melemahnya dollar Amerika Serikat (AS), terutama terhadap mata uang negara penghasil komoditas," paparnya.