Korindo Group klaim prioritaskan dampak sosial dan lingkungan dalam rencana bisnisnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Justinus Gambenop, salah satu pemilik hak ulayat di distrik Subur, yang merupakan kawasan konsesi PT Berkat Cipta Abadi (PT BCA), unit usaha kelapa sawit Korindo Group, menyatakan kehadiran Korindo Group di wilayahnya diibaratkan bagaikan 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Pasalnya, sebelum Korindo beroperasi di wilayah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini, wilayah Boven Digoel sangat tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur fisik dan ekonomi. 

"Yang paling terasa adalah dibukanya begitu banyak lapangan kerja dan pembangunan begitu banyak sarana umum seperti klinik, sekolah, tempat ibadah, dan sebagainya," ujar Justinus dalam keterangannya, Selasa (10/9).


Baca Juga: FSC: Korindo Group terbukti tidak melakukan pembakaran hutan

Setidaknya sekitar 1.800-an putra-putri asli Boven Digoel bekerja di PT BCA, yang menempati berbagai posisi kerja. Selain itu, pada 2017 lalu, PT BCA bersama KOICA membangun Klinik Asiki, yang digadang-gadang menjadi klinik modern pertama di desa Asiki, sebuah desa di pedalaman Boven Digoel.

Klinik yang berdiri di atas lahan seluas 2.929 m2 ini dilengkapi dua poli (umum dan gigi), ruang bersalin, ruang UGD, dan empat kamar rawat inap.

Justinus melanjutkan, dalam hal proses pembukaan lahan, pihaknya telah memperoleh sosialisasi dan kompensasi yang memadai sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.

Selain itu, dirinya pun dengan tegas membantah isu yang beredar bahwa Korindo melanggar hak asasi manusia (HAM) dalam proses pembukaan lahan.

Editor: Yudho Winarto