Korporasi Asia ingin go public untuk bayar utang



HONG KONG. Nafsu akuisisi korporasi asal Asia begitu besar dalam setahun terakhir. Mereka mendanai ekspansi dengan mengeduk utang baru lewat pinjaman bank maupun penerbitan obligasi. Belakangan, perusahaan ingin menghimpun pendanaan melalui penawaran saham perdana (IPO) untuk membiayai utang-utang mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat suku bunga di Asia cenderung rendah, kecuali di China. Hal ini turut membantu sejumlah perusahaan dalam mendanai akuisisi. Namun, sejalan dengan pemangkasan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan suku bunga yang mulai meningkat, kini korporasi Asia menimbang opsi membiayai kembali (refinancing) utangnya.

WH Group, misalnya, berniat menghimpun dana jumbo melalui IPO senilai US$ 5 miliar di bursa Hong Kong. Pada tahun lalu, produsen daging babi yang berbasis di China ini mengakuisisi Smithfield Foods Inc asal AS sebesar US$ 4,9 miliar. Ini adalah akuisisi terbesar yang pernah dilakukan perusahaan Tiongkok terhadap aset di AS.


Untuk mendanai akuisisi tersebut, WH Group, yang sebelumnya bernama Shuanghui International Holdings, meminjam US$ 4 miliar kepada Bank of China Ltd. Nah, WH Group mengumumkan rencana IPO senilai US$ 5 miliar dua bulan setelah merampungkan akuisisi Smithfield pada September tahun lalu.

Seorang sumber menyebutkan, WH Group akan memakai sebagian besar dana hasil IPO untuk membayar utang kepada Bank of China, yang digunakan untuk mengakuisisi Smithfield. IPO ini diprediksikan berlangsung pada semester pertama 2014.

WH Group tak sendirian. 1Malaysia Development Bhd, perusahaan investasi milik pemerintah Malaysia, juga berencana IPO senilai US$ 1,5 miliar. Sebagian dana hasil IPO akan dipakai untuk membayar kembali sebagian utang 1Malaysia. Perusahaan ini meminjam dana untuk membiayai serangkaian akuisisi lebih dari US$ 3 miliar.

Kemudian, orang terkaya Thailand, Dhanin Chearavanont, pada September 2013, mempertimbangkan IPO Siam Makro PCL, yang sebelumnya dibeli seharga US$ 6,6 miliar dengan menggunakan pinjaman senilai US$ 6 miliar. Dia tak menyebutkan rencana penggunaan dana hasil IPO.

Editor: Sandy Baskoro