JAKARTA. Produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia diminati oleh perusahaan Korea Selatan (Korsel). Dalam misi dagang yang dilakukan oleh perusahaan eksportir Indonesia, estimasi nilai kontrak pembelian Korsel dari enam perusahaan eksportir Indonesia tercatat mencapai US$ 24 juta. Nus Nuzulia Ishak Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, misi dagang tersebut diawali dengan penandatanganan kontrak antara Asia Trade Company asal Korea Selatan dengan PT Dinuo Indonesia dan PT Bina Karya Prima pada 22-24 Mei 2014. “Ditjen PEN bekerja sama dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Busan akan mendatangkan tiga perusahaan asal Korea Selatan. Estimasi nilai untuk kontrak pembelian ketiga perusahaan tersebut dengan enam perusahaan eksportir asal Indonesia adalah sebesar US$ 24,4 juta,” jelas Dirjen PEN, Nus Nuzulia Ishak dalam siaran persnya, Kamis (22/5). Produk-produk yang diminati dalam misi pembelian tahap pertama dari Korea Selatan adalah minyak sawit (palm oil), glycerine, fatty acid, dan soap noodles, dan produk lainnya. Nilai pembelian produk-produk tersebut mencapai US$ 1 juta per tahun. Nilai tersebut diperkirakan masih bisa bertambah karena pada kunjungan tahap pertama ini akan dilakukan penjajakan pembelian produk-produk lain seperti furnitur kayu. Nus menjelaskan bahwa Ditjen PEN kembali memberikan pendampingan dan dukungan selama rangkaian misi pembelian berlangsung mulai dari akhir Mei sampai awal Juni 2014. Buyers akan difasilitasi dengan tiket penerbangan Korea Selatan-Indonesia-Korea Selatan untuk satu perwakilan dari tiap perusahaan, akomodasi selama di Indonesia, dan difasilitasi melakukan kunjungan ke perusahaan eksportir di daerah. Selain Asia Trade Company (ATC), perusahaan asal Korea Selatan yang rencananya berpartisipasi dalam rangkaian misi pembelian ini adalah Yikang Industrial Co., Ltd. dan Haein Resources Co., Ltd.. Yikang Industrial Co., Ltd. akan melakukan penandatanganan kontrak dengan Krezzo Food dan PT. Heeju Indonesia Trading untuk produk keripik singkong dengan nilai kontrak sebesar US$ 11,4 juta per tahun. Selain itu, Yikang Industrial Co., Ltd. juga melakukan kontrak dengan PT. Parahita Primasentosa untuk produk high free fatty acid of crude palm oil (high FAA CPO) dengan volume 6.000 ton per tahun dan produk palm acid oil (PAO) dengan volume kontrak 1.500 ton per tahun. Sedangkan Haein Resources Co., Ltd. akan melakukan penandatanganan kontrak dengan PT. J.A. Wattie, Tbk. untuk produk karet alam dengan nilai kontrak US$ 12 juta per tahun. Sekedar informasi, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan pada 2013 mencapai US$ 6,05 miliar, dengan produk ekspor utama antara lain coal, briquettes, ovoids etc, mfr from coal, natural rubber, balata, chicle etc, prim form etc, copper ores and concentrates, chemical woodpulp, soda or sulfate, not dissoly gr, acyclic hydrocarbons. Korea Selatan merupakan salah satu pasar utama ekspor Indonesia yang ditargetkan tumbuh sebesar 3,5%-4,5% atau menjadi sekitar US$ 6,3 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Korsel minati produk CPO asal Indonesia
JAKARTA. Produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia diminati oleh perusahaan Korea Selatan (Korsel). Dalam misi dagang yang dilakukan oleh perusahaan eksportir Indonesia, estimasi nilai kontrak pembelian Korsel dari enam perusahaan eksportir Indonesia tercatat mencapai US$ 24 juta. Nus Nuzulia Ishak Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, misi dagang tersebut diawali dengan penandatanganan kontrak antara Asia Trade Company asal Korea Selatan dengan PT Dinuo Indonesia dan PT Bina Karya Prima pada 22-24 Mei 2014. “Ditjen PEN bekerja sama dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Busan akan mendatangkan tiga perusahaan asal Korea Selatan. Estimasi nilai untuk kontrak pembelian ketiga perusahaan tersebut dengan enam perusahaan eksportir asal Indonesia adalah sebesar US$ 24,4 juta,” jelas Dirjen PEN, Nus Nuzulia Ishak dalam siaran persnya, Kamis (22/5). Produk-produk yang diminati dalam misi pembelian tahap pertama dari Korea Selatan adalah minyak sawit (palm oil), glycerine, fatty acid, dan soap noodles, dan produk lainnya. Nilai pembelian produk-produk tersebut mencapai US$ 1 juta per tahun. Nilai tersebut diperkirakan masih bisa bertambah karena pada kunjungan tahap pertama ini akan dilakukan penjajakan pembelian produk-produk lain seperti furnitur kayu. Nus menjelaskan bahwa Ditjen PEN kembali memberikan pendampingan dan dukungan selama rangkaian misi pembelian berlangsung mulai dari akhir Mei sampai awal Juni 2014. Buyers akan difasilitasi dengan tiket penerbangan Korea Selatan-Indonesia-Korea Selatan untuk satu perwakilan dari tiap perusahaan, akomodasi selama di Indonesia, dan difasilitasi melakukan kunjungan ke perusahaan eksportir di daerah. Selain Asia Trade Company (ATC), perusahaan asal Korea Selatan yang rencananya berpartisipasi dalam rangkaian misi pembelian ini adalah Yikang Industrial Co., Ltd. dan Haein Resources Co., Ltd.. Yikang Industrial Co., Ltd. akan melakukan penandatanganan kontrak dengan Krezzo Food dan PT. Heeju Indonesia Trading untuk produk keripik singkong dengan nilai kontrak sebesar US$ 11,4 juta per tahun. Selain itu, Yikang Industrial Co., Ltd. juga melakukan kontrak dengan PT. Parahita Primasentosa untuk produk high free fatty acid of crude palm oil (high FAA CPO) dengan volume 6.000 ton per tahun dan produk palm acid oil (PAO) dengan volume kontrak 1.500 ton per tahun. Sedangkan Haein Resources Co., Ltd. akan melakukan penandatanganan kontrak dengan PT. J.A. Wattie, Tbk. untuk produk karet alam dengan nilai kontrak US$ 12 juta per tahun. Sekedar informasi, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan pada 2013 mencapai US$ 6,05 miliar, dengan produk ekspor utama antara lain coal, briquettes, ovoids etc, mfr from coal, natural rubber, balata, chicle etc, prim form etc, copper ores and concentrates, chemical woodpulp, soda or sulfate, not dissoly gr, acyclic hydrocarbons. Korea Selatan merupakan salah satu pasar utama ekspor Indonesia yang ditargetkan tumbuh sebesar 3,5%-4,5% atau menjadi sekitar US$ 6,3 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News