Korupsi ancam pemulihan ekonomi Eropa



BERLIN. Drama politik dan skandal korupsi di sejumlah negara Uni Eropa beresiko merusak kondisi pasar yang sudah tenang. Di Spanyol, Perdana Menteri Mariano Rajoy sedang menghadapi tudingan korupsi, termasuk juga Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

Atas tudingan penggelapan uang tersebut, Rajoy mendapat tuntutan untuk mengundurkan diri. Sementara itu, Berlusconi diramalkan tidak akan bisa kembali memegang tampuk kepemimpinannya dalam pemilu bulan ini. "Krisis Euro belum berakhir," kata Wolfgang Schaeuble, Menteri Keuangan Jerman.

Walau begitu, Schaeuble bilang, posisi ekonomi Eropa jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Ekonomi yang lesu, ketidakpastian atas hasil pemilu Italia, dan masalah baru yang dihadapi Rajoy mengancam dan membatasi waktu pembelian obligasi yang sudah dijadwalkan Bank Sentral Eropa.


Nasionalisasi bank terbesar keempat Belanda, SNS Reaal NV , dan kerugian sebanyak € 2,17 miliar atau US$ 3 miliar oleh Deutsche Bank AG juga menggarisbawahi rapuhnya kesehatan ekonomi di Zona Euro. Selain itu masih ada kekhawatiran atas rencana bailout Siprus oleh Eropa.

Siprus, salah satu negara kecil yang tergabung dalam Zona Euro telah ditetapkan untuk menerima bantuan keuangan dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni 2012. Bantuan diberikan setelah perbankan di negara tersebut terluka parah akibat sanksi penghapusan utang Yunani yang dipegang oleh investor swasta.

Untuk bisa mendapatkan bantuan senilai € 17 miliar tersebut, Uni Eropa mensyaratkan agar Siprus memperbaiki sektor perbankan, melakukan privatisasi perusahaan negara dan membuat reformasi ekonomi. Namun, belum juga perbaikan di selesaikan, Ciprus dituding telah menjadi negara tujuan tindak pencucian uang. Pemerintah Siprus sendiri menyangkal tuduhan tersebut.

Editor: Uji Agung Santosa