Korut: AS akan menyesali strategi keamanannya



KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Strategi keamanan nasional baru Presiden Donald Trump yang dirilis pada pekan ini kembali menuai kecaman dari Korea Utara (Korut). Melansir Foxnews.com, pemerintahan diktator tersebut menyebut strategi Trump sebagai "dokumen kriminal" yang tidak lain hanyalah proklamasi agresi yang bertujuan untuk menguasai dunia.

"Masyarakat internasional harus tetap waspada terhadap manuver Trump dan gerombolannya untuk menyerang dan mengendalikan (Korut) dengan menyulut perang nuklir dengan cara apapun di semenanjung Korea dan dengan terlihat jelas ada motif tersembunyi di balik pembicaraan berulang tentang dialog, yang dirancang untuk menutupi niat jahatnya dan mengejek dunia," jelas The Express mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Jumat (22/12).

Juru bicara tersebut juga mengatakan: "Saat AS menetapkan kebijakan diplomatik dan keamanannya untuk menghancurkan kita secara militer dan secara umum membidikkan pedang kepada kita, kita akan membuat AS menyesali strateginya dengan meriam kita."


Dokumen strategi keamanan Trump dirilis Senin dan mengatakan Washington harus menghadapi tantangan yang diajukan oleh program senjata Korut.

"Korut diperintah oleh sebuah kediktatoran kejam tanpa memperhatikan martabat manusia. Selama lebih dari 25 tahun, Korut telah mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik yang bertentangan dengan setiap komitmen yang telah dibuatnya," demikian bunyi dokumen tersebut.

Dalam dokumen tersebut juga tertulis, "Saat ini, rudal dan senjata ini mengancam Amerika Serikat dan sekutunya. Semakin lama kita mengabaikan ancaman dari negara-negara yang bertekad untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, semakin buruk ancaman tersebut, dan semakin sedikit pilihan defensif yang kita miliki."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut mempertahankan pendapatnya bahwa merupakan hak Korut untuk memiliki senjata nuklir untuk mempertahankan kedaulatan dan menghadapi gerakan permusuhan dan ancaman nuklir yang terus meningkat dan pemerasan oleh AS.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie