Korut Gondol US$ 2 M Kripto di 2025: Rekor Pencurian Terbesar Sepanjang Sejarah



KONTAN.CO.ID - Korea Utara mencatatkan tahun terbesar sepanjang sejarah dalam pencurian aset kripto. Berdasarkan laporan terbaru perusahaan analitik blockchain Chainalysis, sepanjang 2025, peretas yang didukung rezim Pyongyang berhasil menggondol lebih dari US$ 2,02 miliar mata uang kripto.

Hingga awal Desember, nilai kripto yang dicuri kelompok peretas Korea Utara melonjak lebih dari 50% dibandingkan 2024. Dengan tambahan ini, total dana kripto yang teridentifikasi dicuri sejak 2016 kini mencapai US$ 6,75 miliar.

Melansir Yahoo Finance, temuan ini kembali menegaskan bagaimana negara yang dikenai sanksi berat tersebut memanfaatkan celah keamanan di industri kripto sebagai sumber pendanaan utama. 


Sejak 2019, pejabat keamanan nasional AS dan PBB telah menyatakan bahwa dana hasil kejahatan siber ini digunakan untuk mendukung program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.

Baca Juga: China Pangkas Kepemilikan Obligasi AS ke Level Terendah Sejak 2008, Ini Alasannya

Menurut Chainalysis, karakter kripto yang dapat diakses secara global 24 jam sehari membuat aset digital menjadi target ideal bagi rezim tersebut. Total pencurian kripto secara global pada 2025 mencapai US$ 3,4 miliar, dengan sebagian besar berasal dari satu kasus besar pada Februari, ketika bursa kripto Bybit yang berbasis di Dubai diretas dan kehilangan US$ 1,5 miliar. Kejadian itu menjadi pencurian terbesar dalam sejarah industri kripto.

Para peretas tidak hanya semakin canggih dalam mencuri aset, tetapi juga dalam mencuci hasil kejahatan, termasuk dengan memindahkan dana melalui banyak dompet digital, lintas blockchain, serta memanfaatkan aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Kasus ini mendorong Senator AS Elizabeth Warren meminta investigasi terhadap penggunaan protokol DeFi oleh peretas Korea Utara dan aktor ilegal lain untuk mendanai rezim Pyongyang. Di tengah upaya pemerintah AS mendorong adopsi kripto yang lebih luas, para analis memperingatkan bahwa pertumbuhan industri justru membuka peluang eksploitasi baru bagi aktor siber negara.

Tonton: Siap Perang dengan China, Taiwan Borong Senjata AS Rp 184 Triliun

Kesimpulan 

Lonjakan pencurian kripto oleh Korea Utara menunjukkan bahwa aset digital telah menjadi instrumen strategis, bukan sekadar kejahatan finansial biasa. Kripto memungkinkan negara yang terisolasi sanksi mengakses dana global secara relatif anonim dan efisien, sehingga memperlemah efektivitas tekanan ekonomi internasional. Selama keamanan siber dan pengawasan DeFi belum sejalan dengan pertumbuhan industri kripto, pencurian semacam ini kemungkinan akan terus meningkat dan menjadi ancaman serius bagi stabilitas keuangan serta keamanan global.

Selanjutnya: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Hari Ini, Senin (22/12)

Menarik Dibaca: 30 Ucapan Hari Ibu Paling Menyentuh dan Penuh Makna, Bisa Dipakai buat Caption

TAG: