Korut konfirmasi kesuksesan ujicoba rudal teranyar



PYONGYANG. Korea Utara kembali mengonfirmasi "kesuksesan" peluncuran ujicoba rudal balistik terbarunya pada Minggu (22/5).

Berdasarkan laporan dari kantor berita milik pemerintah Korut KCNA, senjata tersebut saat ini sudah siap untuk diluncurkan untuk aksi militer. Gedung Putih mengatakan, ujicoba rudal ini memiliki jangkauan pendek dibanding rudal yang diujicoba sebelumnya.

KCNA juga melaporkan, pimpinan Korut Kom Jong-un melihat langsung peluncuran rudal Pukguksong-2. "Kim Jong-un telah menyetujui aksi peluncuran sistem senjata tersebut," tulis KCNA.


Menurut Kepala Staf Gabungan Korsel, rudal teranyar ini terbang sekitar 560 km (350 mil) menuju Laut Jepang. Sedangkan rudal yang diujicoba pada pekan lalu memiliki daya tempuh 700 km.

Ujicoba balistik ini dilakukan beberapa pekan setelah Korut melakukan ujicoba roket terbaru yang mampu membawa kepala nuklir besar.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan sebelumnya mengatakan, peluncuran rudal ini sangat ceroboh dan tidak bertanggungjawab. Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menggambarkan aksi ini sebagai hal yang mengecewakan dan sangat mengganggu.

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menegaskan, pihaknya sudah melayangkan aksi protes kepada Korut.

Pada Senin pekan lalu, Badan Keamanan PBB kembali meminta Pyongyang untuk tidak melakukan ujicoba semacam itu lagi. PBB menekankan pentingnya Korut menunjukkan komitmen yang tulus untuk melakukan denuklerisasi melalui aksi yang konkret.

DK PBB kini dijadwalkan untuk bertemu dalam rapat tertutup pada Selasa (23/5) - sebuah pertemuan yang diajukan oleh AS, Korsel, dan Jepang.

Catatan tambahan, Korut diketahui tengah mengembangkan senjata nuklir dan sudah melakukan lika kali ujicoba senjata. Rudal tersebut mampu mencapai target mereka. Senjata itu meledak tak lama setelah diluncurkan dari Pukchang pada bulan lalu.  

Pada Minggu pagi, media Korut menulis bahwa pemerintah akan terus meluncurkan lebih banyak senjata yang mampu menyerang Amerika Serikat.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie