KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Komisi Militer Pusat Korea Utara pada hari Rabu (22/6) mengadakan pertemuan khusus yang turut dihadiri pemimpin negara Kim Jong Un. Salah satu agenda yang dibahas adalah rencana pemberian tugas tambahan bagi para tentara di garis terdepan. Kantor media resmi Korea Utara,
KCNA, melaporkan bahwa Kim dan jajarannya sedang menyusun tugas tambahan dan memodifikasi rencana operasi militernya. Sebuah foto yang dirilis
KCNA juga menunjukkan peta besar pantai timur Semenanjung Korea, termasuk di dalamnya adalah bentang situs perbatasan dengan Korea Selatan.
Hadirnya Kim pada pertemuan Komisi Militer Pusat ini seolah menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki tugas penting dan mendesak untuk para tentaranya, sekaligus menegaskan kembali upayanya untuk memperluas kemampuan militer dan menerapkan kebijakan pertahanan utama.
Baca Juga: Belum Usai dengan Covid-19, Korea Utara Kini Diserang Wabah Penyakit Usus Misterius Meski isi pertemuan tidak dilaporkan secara terbuka, namun para analis dari Korea Selatan menduga Kim mencoba mengoptimalkan senjata nuklirnya di sekitar perbatasan. Bukan tanpa alasan, baru-baru ini intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa tetangganya itu telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun. Korea Selatan khawatir akan ada senjata nuklir jarak pendek yang mampu mencapai sasaran di Korea Selatan. "Saya dapat menilai masalah penyebaran senjata nuklir taktis dibahas pada pertemuan tersebut secara mendalam," ungkap Cheong Seong Chang, seorang analis senior di Institut Sejong swasta Korea Selatan, seperti dikutip
AP News. Sementara itu, juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan Kim Jun Rak pada hari Kamis (23/6) mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau dengan cermat kegiatan Korea Utara pasca pertemuan militer hari Rabu. Namun, ia tidak merinci hasil pantauan ke publik.
Baca Juga: Kim Korea Utara Mengawasi Pertemuan Militer di Tengah Potensi Uji Coba Nuklir Bulan April lalu, Korea Utara melakukan uji coba senjata taktis jenis baru. Disebutkan bahwa senjata tersebut mampu meningkatkan daya tembak unit artileri jarak jauh garis depan mereka secara drastis. Istilah "nuklir taktis" yang digunakan media Korea Utara seolah menunjukkan bahwa senjata itu kemungkinan merupakan sistem senjata jarak pendek yang dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Beberapa ahli berpendapat bahwa Korea Utara berencana untuk menyebarkan senjata jenis itu di titik yang bisa mengancam fasilitas penting Korea Selatan, termasuk pangkalan militer AS. Kekhawatiran memuncak ketika Kim Jong Un pada April lalu mengatakan Korea Utara bisa saja menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu jika terancam. Pernyataan tersebut praktis meningkatkan kekhawatiran di pihak Korea Selatan, AS, hingga Jepang.