KONTAN.CO.ID - Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan perintah evakuasi terhadap warga sipil di pulau perbatasan barat Yeonpyeong dan Baengnyeong pada hari Jumat (5/1), menyusul adanya latihan tembak artileri Korea Utara. Mengutip
Yonhap, ratusan peluru artileri yang ditembakkan Korea Utara jatuh ke zona penyangga maritim di utara Garis Batas Utara (NLL). Zona ini dibentuk berdasarkan perjanjian militer antar-Korea untuk mengurangi ketegangan perbatasan. Perintah evakuasi darurat diberikan pada pukul 12:02 siang waktu setempat dan diberikan lagi pada pukul 12:30 atas permintaan militer Korea Selatan.
Militer Korea Selatan mengatakan, pihaknya mendeteksi tembakan artileri dari Tanjung Jangsan dan Tanjung Deungsan, keduanya di wilayah pesisir barat daya Korea Utara, dari pukul 09:00 hingga 11:00 hari Jumat.
Baca Juga: AS Sebut Rusia Terima Bantuan Rudal Balistik dari Korea Utara "Kami mengumumkan evakuasi setelah menerima telepon dari unit militer yang mengatakan bahwa mereka melakukan serangan maritim di Pulau Yeongpyeong karena ada situasi dengan provokasi Korea Utara," ungkap otoritas militer Korea Selatan. Warga sipil yang tinggal di Yeonpyeong dan Baengnyeong kini mulai menempati tempat penampungan yang telah disediakan pemerintah. Pada bulan November lalu, Korea Utara secara sepihak membatalkan perjanjian militer antar-Korea setelah tetangganya menangguhkan sebagian perjanjian tersebut sebagai protes atas peluncuran satelit mata-mata militer Korea Utara. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dalam pidato akhir tahunnya kemarin menyampaikan bahwa militernya siap meluncurkan tiga satelit mata-mata baru, membangun drone tempur, serta memperkuat senjata nuklirnya di tahun 2024. Kim turut memerintahkan militer Korea Utara untuk menjinakkan seluruh wilayah Korea Selatan, termasuk dengan dengan bom nuklir jika perlu.
Baca Juga: Korea Utara: Perang di Semenanjung Korea Bisa Pecah Kapan Saja "Karena tindakan nekat musuh yang menyerang kita, sudah menjadi kenyataan bahwa perang bisa pecah kapan saja di semenanjung Korea," kata Kim, dikutip kantor berita resmi Korea Utara,
KCNA. Bagi Kim Jong Un, hadirnya armada militer AS itu telah sepenuhnya mengubah Korea Selatan menjadi pangkalan militer terdepan dan persenjataan nuklir AS. "Jika kita mencermati aksi militer konfrontatif yang dilakukan pasukan musuh, kata 'perang' sudah menjadi sebuah kenyataan yang realistis dan bukan sebuah konsep yang abstrak," kata Kim. Kim menambahkan, dirinya tidak memiliki pilihan selain terus melanjutkan ambisi nuklirnya dan menjalin hubungan lebih dalam dengan negara-negara lain yang berseberangan dengan AS. Untuk saat ini Korea Utara dekat dengan China dan Rusia.