SEOUL. Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklir pada hari ini (12/2). Ini menandakan, pemerintah Korut tidak mengindahkan imbauan komunitas internasional yang sudah mengisolasi negara tersebut dari perekonomian global. Menurut penasihat pertahanan Korut Chun Yung Woo, uji coba nuklir dilakukan pada pukul 11.57 waktu setempat. Kementerian pertahanan Korut memprediksi yield nuklir berkisar 6-7 kiloton, lebih besar dari dua uji coba nuklir sebelumnya. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 lalu diperkirakan memiliki yield sebesar 15 kiloton dan menewaskan 140.000 orang. Uji coba yang dilakukan tiga minggu setelah PBB meningkatkan sanksinya atas negara ini mengindikasikan sokongan Kim Jong Un terhadap kebijakan almarhum ayahnya."Hal ini hanya menunjukkan kegagalan dalam diplomasi dan berlanjutnya cerita pertikaian di Korea, permainan tikus dan kucing, di mana Korut berusaha mengintimidasi tetangganya. Di sisi lain, sang tetangga mencoba memberikan perlawanan sehingga ketegangan terus berlanjut," jelas Leonid Petrov, analis Korut dan associate researcher Australian national University di Canberra.
Korut ujicoba nuklir ketiga
SEOUL. Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklir pada hari ini (12/2). Ini menandakan, pemerintah Korut tidak mengindahkan imbauan komunitas internasional yang sudah mengisolasi negara tersebut dari perekonomian global. Menurut penasihat pertahanan Korut Chun Yung Woo, uji coba nuklir dilakukan pada pukul 11.57 waktu setempat. Kementerian pertahanan Korut memprediksi yield nuklir berkisar 6-7 kiloton, lebih besar dari dua uji coba nuklir sebelumnya. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 lalu diperkirakan memiliki yield sebesar 15 kiloton dan menewaskan 140.000 orang. Uji coba yang dilakukan tiga minggu setelah PBB meningkatkan sanksinya atas negara ini mengindikasikan sokongan Kim Jong Un terhadap kebijakan almarhum ayahnya."Hal ini hanya menunjukkan kegagalan dalam diplomasi dan berlanjutnya cerita pertikaian di Korea, permainan tikus dan kucing, di mana Korut berusaha mengintimidasi tetangganya. Di sisi lain, sang tetangga mencoba memberikan perlawanan sehingga ketegangan terus berlanjut," jelas Leonid Petrov, analis Korut dan associate researcher Australian national University di Canberra.