KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Yogyakarta merupakan salah satu destinasi para pelancong bisa menjadi role-model pariwisata untuk Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Apalagi pariwisata di Yogjakarta menonjolkan keunikan karakter lokal masing-masing kawasan budaya. Pengamat Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada (UGM) Amiluruh Soeroso, mengatakan, Keunikan yang ditonjolkan kota gudek ini adalah berdasarkan pada nilai sejarah, sosial budaya, dan arsitektural yang dimiliki oleh setiap kawasan.
Baca Juga: Usai hadiri undangan Jokowi, gubernur NTB siap sukseskan MotoGP 2021 Menurut Amiluruh, wisatawan lokal dan manca negara terus bertambah tiap tahunnya di kota pelajar ini. Dalam kegiatannya, saat sampai di Kota Keraton ini biasanya pelancong terlebih dahulu berkunjung ke daerah pinggiran Yogyakarta seperti bagian pesisir hingga kawasan candi di Magelang. Kemudian, wisatawan kembali lagi ke kota dan berputar di area Malioboro dan lain-lain. Guna meningkatkan pengunjung, Amiluruh bilang pembangunan atau penambahan bangunan baru menjadi salah satu pengembangan pariwisata Kota para seniman ini. Tapi, pemerintah setempat tetap memuliakan bangunan pusaka yang ada.
Baca Juga: Pemerintah siapkan anggaran Rp 6,4 triliun percepat pembangunan pariwisata “Selain itu, guna menciptakan harmonisasi, pemerintah Yogyakarta menerapkan konsep
Green city – Ijo royo-royo,” Kata Amiluruh alam acara Sinergi Membangun Pariwisata Jakarta yang Berkualitas, Yogyakarta, Senin (15/7). Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo, mengatakan, pariwisata sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya yakni tempat pariwisata kawasan Kota Tua, Jakarta. Untuk itu dia melakukan studi banding dengan Yogyakarta guna meningkatkan pariwisata Kota Tua. “Ini bisa membangun area pariwisata Jakarta yang berkualitas. Kita bisa belajar bagaimana Malioboro menciptakan
branding bagus dan bisa menarik wisatawan untuk berkunjung kembali ke sana," ucap Hamid .
Baca Juga: Presiden Jokowi mengeluhkan pembangunan destinasi wisata lambat Di sisi lain, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana (Bappeda) Yogyakarta Aris Prasena, menyatakan, saat ini posisi Malioboro sedang dikembalikan fungsinya dan revitalisasi sudah dilakukan sejak 2013. Pemerintah setempat tengah mengembalikan filosofi dari Tugu dan Malioboro di Yogyakarta dengan tujuan wisatawan tidak hanya datang untuk makan dan menikmati fasilitas.
Baca Juga: Kempar: Dikepung Banyak Pungutan Pajak, Bisnis Pondok Wisata Sulit Berkembang “Hal itu yang jadi tantangan kami bagaimana menyampaikan makna itu ke pengunjung," kata Aris. Selain itu, dia menyebut pihaknya juga akan melakukan pembangunan sejumlah kantong parkir dan penataan transportasi. Sehingga aksebilitas menuru destinasi pariwisata jadi lebih teratur. “Nantinya angkutan umum saja yang melewati depan Malioboro,” tutur Aris. Dia mengaku saat ini, Yogjakarta sudah mulai uji coba secara tak frontal. Dengan cara bebas Pedagang Kaki Lima (PKL) dan kendaraan tiap Selasa wage atau setiap 35 hari sekali. Untuk PKL disiapkan tempat di bekas bioskop Indra, tidak hilangkan tapi dikurangi.? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli