Perayaan apa pun, entah itu Lebaran, Natal, atau Tahun Baru, selalu membawa rezeki bagi para pebisnis. Tak hanya pebisnis cokelat yang kebanjiran order di saat tutup tahun seperti ini, produsen kotak kado dan kertas kado pun sibuk menangguk omzet yang melonjak hingga dua kali lipat dibanding hari-hari biasa.Memang, belakangan ini bisnis kotak dan kertas kado lagi naik daun. Maklum, orang mulai malas bersusah payah membungkus kado sendiri. Lihat saja usaha kotak kado yang ditekuni Lita Handayani (35), pemilik Beauty & Smart Gift di Surabaya, yang mulai menekuni bisnis kotak kado ini sejak 2005 silam. Lita mengakui, bisnis ini memang warisan dari orang tuanya. Karena itu, "Beberapa pelanggan juga bekas langganan orang tua saya," ujarnya. Karena sudah berpengalaman, pelanggan Lita pun berjibun. Beberapa kantor dan bank, juga pelanggan perorangan sering menggunakan produk kotak kado buatan Lita. Selain membuat kotak dan kertas kado sendiri, Lita juga menjual berbagai pernak-pernik hiasan kado, seperti pita berbagai ukuran, kertas tisu, plastik wrap , bubble sheet, dan masih banyak lagi. Harga jual kotak kado made in Lita juga beragam, tergantung ukuran. Kotak kado ukuran 3x3 cm, misalnya, dibanderol Rp 4.500 saja. Adapun kotak besar ukuran 50x50x24 cm dipatok Rp 125.000. Kertas kado lokal dan impor berkisar Rp 5.500 hingga Rp 25.000. “Untuk jasa wrap atau membungkus kado, biayanya mulai Rp 5.000 sampai Rp 60.000,” tambah Lita.Di saat Natal dan Tahun Baru , usaha Lita makin menjanjikan. Kalau biasanya ia hanya mampu meraup omzet Rp 25 juta per bulan, saat ini omzet Lita mencapai Rp 50 juta. "Marginnya sekitar 20%-30%," ujarnya. Hanya saja, untuk meraih omzet sebesar itu, Lita pun harus menyesuaikan aneka produknya dengan tema Natal dan Tahun Baru. "Kalau untuk natal, identik dengan pohon natal atau sinterklas," tambahnya.Selain Lita, Sigit Priyono, produsen kotak kado dengan merek Dunia Pelangi asal Yogyakarta juga menangguk rezeki nan lumayan di pengujung tahun ini. Di saat seperti ini, Sigit mampu membungkus omzet hingga dua kali lipat atau naik 100% dibanding omzet di hari-hari biasa. "Omzet seperti sekarang akan berulang saat Valentine nanti," ujarnya. Di bulan-bulan tanpa hari besar, omzet Sigit hanya Rp 20 jutaan. Tapi kalau Lebaran, Natal, Tahun Baru atau Valentine, omzetnya bisa tembus sekitar Rp 35 juta hingga Rp 40 juta. Sigit memulai bisnis ini sejak 2001 lalu. Dia membuat kotak kado dari kertas daur ulang yang ia beli dari pengepul di Solo dan Jakarta. Adapun pernak-pernik kado, ia dapatkan di sekitar Yogyakarta saja. Bentuk kotak kado pun kini tak melulu berbentuk kotak atau kubus. Ada juga kotak kado yang berbentuk hati, segitiga, bintang atau lingkaran. Harga kotak kado itu pun beragam, mulai Rp 2.000 hingga Rp 19.000. Untuk memperluas pasar kotak kado itu, Sigit membuka kesempatan untuk reseller. Bagi yang berminat, Sigit memberi harga lebih murah, sekitar Rp 1.500 hingga Rp 16.000. Kini kotak kado karya Sigit sudah merambah Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok bahkan Sulawesi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kotak kado bisa melejit dua kali lipat saat ada perayaan
Perayaan apa pun, entah itu Lebaran, Natal, atau Tahun Baru, selalu membawa rezeki bagi para pebisnis. Tak hanya pebisnis cokelat yang kebanjiran order di saat tutup tahun seperti ini, produsen kotak kado dan kertas kado pun sibuk menangguk omzet yang melonjak hingga dua kali lipat dibanding hari-hari biasa.Memang, belakangan ini bisnis kotak dan kertas kado lagi naik daun. Maklum, orang mulai malas bersusah payah membungkus kado sendiri. Lihat saja usaha kotak kado yang ditekuni Lita Handayani (35), pemilik Beauty & Smart Gift di Surabaya, yang mulai menekuni bisnis kotak kado ini sejak 2005 silam. Lita mengakui, bisnis ini memang warisan dari orang tuanya. Karena itu, "Beberapa pelanggan juga bekas langganan orang tua saya," ujarnya. Karena sudah berpengalaman, pelanggan Lita pun berjibun. Beberapa kantor dan bank, juga pelanggan perorangan sering menggunakan produk kotak kado buatan Lita. Selain membuat kotak dan kertas kado sendiri, Lita juga menjual berbagai pernak-pernik hiasan kado, seperti pita berbagai ukuran, kertas tisu, plastik wrap , bubble sheet, dan masih banyak lagi. Harga jual kotak kado made in Lita juga beragam, tergantung ukuran. Kotak kado ukuran 3x3 cm, misalnya, dibanderol Rp 4.500 saja. Adapun kotak besar ukuran 50x50x24 cm dipatok Rp 125.000. Kertas kado lokal dan impor berkisar Rp 5.500 hingga Rp 25.000. “Untuk jasa wrap atau membungkus kado, biayanya mulai Rp 5.000 sampai Rp 60.000,” tambah Lita.Di saat Natal dan Tahun Baru , usaha Lita makin menjanjikan. Kalau biasanya ia hanya mampu meraup omzet Rp 25 juta per bulan, saat ini omzet Lita mencapai Rp 50 juta. "Marginnya sekitar 20%-30%," ujarnya. Hanya saja, untuk meraih omzet sebesar itu, Lita pun harus menyesuaikan aneka produknya dengan tema Natal dan Tahun Baru. "Kalau untuk natal, identik dengan pohon natal atau sinterklas," tambahnya.Selain Lita, Sigit Priyono, produsen kotak kado dengan merek Dunia Pelangi asal Yogyakarta juga menangguk rezeki nan lumayan di pengujung tahun ini. Di saat seperti ini, Sigit mampu membungkus omzet hingga dua kali lipat atau naik 100% dibanding omzet di hari-hari biasa. "Omzet seperti sekarang akan berulang saat Valentine nanti," ujarnya. Di bulan-bulan tanpa hari besar, omzet Sigit hanya Rp 20 jutaan. Tapi kalau Lebaran, Natal, Tahun Baru atau Valentine, omzetnya bisa tembus sekitar Rp 35 juta hingga Rp 40 juta. Sigit memulai bisnis ini sejak 2001 lalu. Dia membuat kotak kado dari kertas daur ulang yang ia beli dari pengepul di Solo dan Jakarta. Adapun pernak-pernik kado, ia dapatkan di sekitar Yogyakarta saja. Bentuk kotak kado pun kini tak melulu berbentuk kotak atau kubus. Ada juga kotak kado yang berbentuk hati, segitiga, bintang atau lingkaran. Harga kotak kado itu pun beragam, mulai Rp 2.000 hingga Rp 19.000. Untuk memperluas pasar kotak kado itu, Sigit membuka kesempatan untuk reseller. Bagi yang berminat, Sigit memberi harga lebih murah, sekitar Rp 1.500 hingga Rp 16.000. Kini kotak kado karya Sigit sudah merambah Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lombok bahkan Sulawesi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News