KPC Kembangkan Peternakan Sapi Terpadu di Bekas Lahan Tambang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kaltim Prima Coal (KPC) sebagai anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), mengusung prinsip More Than Mining - Tidak Hanya Menambang, yang artinya semua kegiatan penambangan batu bara dikelola secara bertanggung jawab.

Batubara diharapkan dapat memberikan keuntungan jangka panjang serta dampak positif untuk kemandirian masyarakat.

Program yang diterapkan oleh KPC bertujuan mendorong perekonomian, pendidikan, sosial budaya, kesehatan dan lingkungan kehidupan masyarakat di lokasi tambang.


Kegiatan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) diharapkan turut berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). 

Baca Juga: KPC dan Arutmin Akhirnya Dapat Persetujuan RKAB Periode 2024-2026

Sebagai perusahaan tambang batubara yang bertanggung jawab dan memiliki kesadaran lingkungan, KPC juga melaksanakan program PPM untuk persiapan menuju masa pascatambang yang tujuannya adalah menyiapkan keberlanjutan kegiatan masyarakat setelah tambang ditutup nantinya.

Dalam mendukung program Pemerintah Daerah Kutai Timur, yaitu Gerdabangagri (Gerakan Daerah Pembangunan Agribisnis) dan Gerbang Desa Madu (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu), KPC memberi perhatian khusus pada Program Pengembangan Agribisnis pascatambang terpadu di Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Rantau Pulung dan Bengalon.

Program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT), peternakan ayam petelur, dan perikanan, yang merupakan bagian dari bidang Program Agribisnis, merupakan program unggulan yang diharapkan dapat menciptakan kemandirian masyarakat. 

Kegiatan yang dilakukan yaitu berupa pelatihan, pendampingan, dan stimulan kepada masyarakat.

KPC berhasil menyulap lahan bekas tambang untuk pengembangan peternakan sapi. Inisiatif ini muncul setelah melihat Provinsi Kalimantan Timur yang selama ini kekurangan pasokan daging sapi dan selalu bergantung pada pasokan dari luar provinsi.

Baca Juga: Ini Alasan Arutmin Pilih Amonia Sebagai Produk Hilirisasi Batubara

Khusus di areal PESAT yang berada di Jalan Kabo, lahan bekas tambang juga dimanfaatkan sebagai lahan bercocok tanam sayur mayur, serta mengolah susu sehat yang diperoleh dari peternakan sapi.

Pada akhirnya nanti diharapkan bahwa ketergantungan terhadap produksi dari luar daerah dapat dikurangi melalui  produktivitas masyarakat yang meningkat.

PESAT memiliki lahan seluas 22 hektare yang digarap menjadi pengembangan kandang sapi perah, lahan sapi umbaran, mini feedmill (pabrik pakan ternak mini), dan pabrik pengolahan susu sapi.

KPC juga melibatkan kelompok tani dalam memasok bahan baku pakan untuk ternak sapi, seperti rumput gajah, bangkil kelapa sawit, dedak dan singkong.

Presiden Direktur BUMI, Adika Nuraga Bakrie mengaku percaya melalui reklamasi dan pengelolaan tambang dengan baik, lahan pascatambang dapat memberikan nilai tambah dan potensi yang besar bagi keberlanjutan hidup masyarakat.

Baca Juga: Komunitas Desa Binaan KPC Sumbang 40% Kebutuhan Telur Wilayah Kutai Timur

“Kami percaya melalui reklamasi dan pengelolaan tambang dengan baik, lahan pascatambang dapat memberikan nilai tambah dan potensi yang besar bagi keberlanjutan hidup masyarakat," ujar dia dalam keterangannya, Kamis (9/5).

Aga menambahkan, berkembangnya tata niaga agribisnis dari hulu ke hilir melalui keterlibatan berbagai pihak, mampu mendorong terbangunnya keterkaitan berbagai industri di luar sektor tambang, sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomi baru.

Selain PESAT, Telaga Batu Arang yang merupakan bagian dari bidang program konservasi alam dan budaya juga berpotensi untuk menjadi daerah kunjungan wisata bagi masyarakat sekitar dengan nilai edukasi yang tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto