KUPANG. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyelidiki permainan kartel atau mafia daging sapi di NTT. KPK mendatangi langsung berbagai pihak, terutama para peternak sapi untuk mengumpulkan informasi tentang mafia itu. Pada hari Senin (8/9) kemarin, anggota KPK dipimpin oleh Wakil Ketua KPK M Busyro Muqoddas, mendatangi Kelompok Peternak Tirnam di Desa Merbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, 30 kilometer selatan Kota Kupang. Kelompok peternak ini, melakukan panen kedua sebanyak 135 ekor sapi. Tiga bulan lalu, mereka menjual 50 ekor sapi yang modalnya diperoleh dari kucuran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) BRI Cabang Kupang.
Saat tiba di Desa Merbaum, rombongan KPK didampingi oleh Dirjen Peternak dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Syukur Iwantoro; Kepala Dinas Peternakan NTT, Ir. Thobias Ully; dan pejabat lainnya. Hadir Ketua Himpunan Pengusaha Pedagang Peternak Sapi dan Kerbau (HP3SK) NTT, Dicky Budyanto dan Sekretaris, Daniel Para serta Pimpinan BRI Cabang Kupang, Astono Adi. Seusai natoni (sapaan adat), Busyro langsung memanggil Ketua Kelompok Peternak Tirnam, Ibrahim Amtiran, dan anggotanya untuk menanyakan berbagai persoalan yang mereka alami. Termasuk berapa keuntungan yang mereka peroleh. Apakah hasil dari penjualan ternak sapi itu menguntungkan atau justru merugikan? Ketua Kelompok Peternak, Ibrahim Amtiran, mengatakan, kredit yang mereka peroleh dari BRI Cabang Kupang ini cukup membantu. Buktinya, setelah dana dikucurkan mereka membeli ternak bakalan dan memaronnya hingga setahun. Setelah menjualnya mereka mengembalikan kredit kepada bank. Busyro juga menanyakan mana yang bagus, menjual hewan ternak melalui pengusaha atau boleh kepada siapa saja? Amtiran mengatakan, mereka menjual langsung kepada pengusaha yang selama ini membantu mereka. Ia menyebut pengusaha itu Daniel Para yang membeli langsung ternak di Desa Merbaun. Saat berdialog, Busyro meminta para peternak agar menyampaikan berbagai persoalan yang ditemui di lapangan. Meski demikian, ia meminta agar masyarakat menyampaikan secara benar dan punya data yang kuat. Dengan demikian KPK bisa menelusuri informasi itu. Pihak KPK dan Dirjen juga menanyakan sejauhmana BRI menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Cukup sukses Pimpinan BRI Cabang Kupang, Astono Adi, di hadapan Busyro dan Syukur mengatakan, kredit KKPE cukup sukses. Terbukti, banyak kelompok yang memanfaatkan dan tingkat pengembaliannya lancar. Ketika Dirjen Syukur menanyakan, apakah BRI siap meluncurkan skim kredit khusus untuk breeding (dana untuk pembibitan) sapi, Astono mengatakan siap melakukannya. "Bulan depan kita bisa meluncurkan program ini," kata Astono. Syukur mengatakan, bila BRI hanya mengucurkan skim kredit KKPE, maka kelak tak ada lagi anakan sapi. Seusai dialog itu, Busyro kepada Pos Kupang mengatakan, KPK kini menelusuri berbagai permainan yang merugikan para peternak. KPK tengah menyilidiki mafia yang kerap merugikan para petani. Sesungguhnya petani dibantu agar ekonominya dapat tumbuh dari waktu ke waktu. Selama ini, Busyro menilai para peternak menjadi korban dari keserakahan pihak tertentu. "Jaringan mafia itu tengah kami ikuti. Makanya beberapa waktu lalu kami tangkap Luthfi Hasan Ishaaq (Presiden Partai Keadilan Sejahtera/PKS). Di Kupang, kami sudah telusuri jaringan mafianya. Kami sudah punya cukup bukti, tinggal menelusuri lagi," katanya. Sebelumnya, Busyro menanyakan kepada Sekretaris HP3SK NTT, Daniel Para tentang siapa saja yang mengantarpulaukan daging sapi dari NTT. Daniel memberi gambaran secara gamblang tentang pengantarpulauan ternak sapi.
Busyro juga memberi apresiasi kepada HP3SK yang telah memfasilitasi para peternak di Erbaun dan beberapa desa lain di Kabupaten Kupang untuk menerima dana KKPE di BRI. Pun Pimpinan BRI Cabang Kupang. Kepada Busyo dan Syukur, Daniel menceritakan berbagai persoalan awal ketika mengajak masyarakat untuk membentuk kelompok sebagai syarat mendapatkan dana dari BRI. Dengan memberi pengertian berulangkali kata Daniel, masyarakat akhirnya menerima anjuran itu. "Pernah saya diusir oleh masyarakat. Mereka menilai saya sebagai tukang tipu," kisah Daniel. Padahal pihaknya tak menerima sepersen pun dana dari mereka karena langsung ditransfer ke rekening peternak. (Budi Prasetyo) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto