JAKARTA. Bisnis penyediaan data komunikasi semakin sengit bahkan mengarah kepada persaingan usaha tidak sehat. Pasalnya, sejumlah operator telekomunikasi terlibat perang tarif murah. Tapi, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M. Syarkawi Rauf menganggap perang tarif merupakan fenomena biasa pada mekanisme pasar. Operator berlomba menawarkan berbagai skema tarif yang dianggap mampu mendongkrak penjualan dan penguasaan pasar.
Bagi Syarkawi tarif murah juga merupakan salah satu strategi operator untuk menjaring konsumen yang sensitif terhadap tarif. Semakin efisien satu perusahaan, semakin besar kemampuannya menawarkan tarif yang murah. "Kemampuan efisiensi perusahaan beragam, maka menyebabkan munculnya berbagai besaran tarif di pasar, yang menjadi pilihan konsumen," kata Syarkawi, Jumat (21/7). Menanggapi usulan Indosat agar pemerintah penetapan batas bawah tarif layanan komunikasi data, Syarkawi berpendapat, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Ia khawatir kebijakan batas bawah tarif justru bisa berdampak buruk bagi industri untuk jangka panjang, bahkan perekonomian secara nasional. Beberapa pertimbangan mengapa pemerintah tak perlu mengatur batas bawah tarif data komunikasi. Pertama, setiap operator telekomunikasi mempunyai tarif yang berbeda, termasuk dalam hal menghasilkan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Kedua, permasalahan terbesar kebijakan batas bawah tarif terletak pada penentuan besarannya. Besaran batas bawah tarif umumnya ditetapkan untuk melindungi seluruh pelaku usaha tanpa terkecuali, termasuk pelaku usaha yang tidak efisien sehingga menjadi beban bagi industri. Ketiga, tarif batas bawah menjadi penghambat bagi operator telekomunikasi yang efisien. Keempat, akibat terhalangnya tarif murah di bawah batas bawah membuat, masyarakat kehilangan hak mendapatkan tarif murah.
Kelima, kebijakan batas bawah tarif mendorong inflasi. Sebelumnya Alexander Rusli, Chief Executive Officer Indosat kepada KONTAN, Kamis (20/7) menyatakan saat ini dinamika pasar data telekomunikasi sudah tidak sehat sehingga regulator harus intervensi. Sebagai catatan sebelumnya, Indosat Ooredoo, pernah promosi menggratiskan akses internet guna menggenjot jumlah pelanggan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dessy Rosalina