KPR Bank Mandiri cuma tumbuh 1,2%



JAKARTA. Kredit Perumahan Rakyat (KPR) merupakan pasar yang bertumbuh pesat di perbankan. Meski begitu, pertumbuhannya di Mandiri cuma 1,2%. Pada kuartal pertama tahun ini, Mandiri menyalurkan KPR Rp 24 triliun. Pada akhir tahun lalu, kredit yang disalurkan yakni Rp 22,8 triliun.

"Itu pertumbuhan kuartal dibanding kuartal," sebutĀ EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri, Tardi.

Namun bila melihat pertumbuhan tahunan, KPR Mandiri meningkat 28,4%. Pada posisi kuartal pertama 2012, kredit perumahan yang Mandiri salurkan yakni Rp 19,6 triliun. Tardi bilang, tahun ini pihaknya menargetkan KPR mampu tumbuh 28%.


Mengikuti Bank Indonesia (BI) yang menaikkan BI rate, Mandiri pun menaikkan suku bunga KPR-nya sebesar 0,5%. Sebelumnya, Mandiri memberi bunga KPR 7,5%. Namun angka tersebut kemudian naik menjadi 8% dengan skema fix 2 tahun. Tardi bilang, sejak kenaikan suku bunga per 1 Juli tersebut, permintaan KPR masih tetap.

Menurutnya, terdapat pasar yang sensitif dan tak sensitif dengan kenaikan suku bunga. Rumah menengah ke atas dengan Rp 1 miliar justru sangat sensitif. Sedangkan, pasar menengah ke bawah cenderung tak sensitif. Ini karena mereka membeli rumah karena kebutuhan.

Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) KPR bank berlogo pita emas ini pun terjaga di bawah 2%. Tardi menyebut bahwa posisi Mei, NPL-nya yaitu 1,7%-1,8%. "Akuisisi kami bagus," ucapnya.

Penyaluran KPR tersebut sekitar 40% masih diberikan di Jakarta. Sisanya, Mandiri juga melakukan pembiayaan hingga ke Aceh, Padang, Jambi, Medan, Pekanbaru, Palu, Jayapura, Timika, dan lain-lain.

Portfolio rata-rata penyaluran KPR Mandiri berkisar antara Rp 700-800 juta. Tardi menyebut, rumah dengan harga tersebut memegang porsi 70% terhadap total KPR. Namun, ada juga beberapa rumah yang penyalurannya seharga Rp 2 miliar.

Ia mengaku bahwa sebagian besar penyaluran KPR Mandiri masih untuk kepemilikan rumah pertama. Tardi memberi gambaran, dari 300 ribu nasabah KPR, hanya 6.000 orang yang meminta KPR lebih dari 1 rumah.

Perihal adanya aturan Bank Indonesia (BI) yang mengatur Loan to Value (LTV) rumah kedua, ketiga, dan seterusnya, Tardi bilang pengaruhnya akan sesaat saja. Ia menyamakan aturan tersebut dengan ketentuan sebelumnya ketika BI menaikkan uang muka KPR dari 20% menjadi 30%.

"BI menekan laju supaya menekan spekulan. ItuĀ baik untuk industri properti supaya tidak bubble. Sekarang di beberapa tempat sudah ada yang harganya irasional," sebut Tardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: