KPR Bermasalah di Amerika Turun di Kuartal II, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) bermasalah di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada kuartal kedua 2023 didorong oleh pasar tenaga kerja yang semakin kuat.

Menurut survei tingkat KPR menunggak dari Mortgage Bankers Association (MBA) dilansir Reuters, Minggu (13/8), tingkat penunggakan cicilan KPR turun ke level 3,37% pada kuartal II tahun ini. Ini merupakan level terendah sejak MBA mulai mengumpulkan data tunggakan KPR sejak tahun 1979. Adapun di kuartal pertama masih berada di level 3,56%.

KPR dengan tunggakan serius, yang jatuh tempo 90 hari atau lebih, turun ke level terendah dalam 23 tahun ini pada triulan kedua yakni 1,61%. MBA menyebut, banyak debitur KPR mampu menahan kenaikan bunga KPR karena pasar kerja yang tangguh dan pertumbuhan upah yang kuat sepanjang tahun. Mayoritas pemilik rumah juga membayar suku bunga jauh di bawah yang dikenakan pada pinjaman baru.


Baca Juga: Outstanding Kartu kredit Warga Amerika Tembus US$ 1,03 Triliun

Meskipun secara historis tingkat tunggakan KPR rendah, MBA mengatakan tidak setiap peminjam mampu menahan tekanan kenaikan suku bunga yang terjadi baru-baru ini. The Fed telah menaikkan suku bunga acuan secara agresif hingga 525 basis poin sejak Maret 2022.

Tingkat tunggakan KPR untuk pembeli berpenghasilan rendah dan pembeli pertama, yang didukung oleh Administrasi Perumahan Federal (FHA), naik tipis 10 basis poin per tahun menjadi 8,95% pada kuartal kedua.

Secara terpisah pada hari Kamis, National Association of Realtors merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa harga rumah rata-rata pada kuartal kedua turun 2,4% secara tahunan menjadi US$ 406.000, meskipun dengan variasi yang signifikan secara nasional.

Kepala Ekonom NAR Lawrence Yun mengatakan, penjualan rumah turun karena tingkat hipotek yang lebih tinggi dan inventaris yang terbatas. “Tantangan keterjangkauan mereda karena moderasi dan, dalam beberapa kasus, jatuhnya harga rumah, sementara jumlah pekerjaan dan pendapatan meningkat." ujarnya. 

Editor: Dina Hutauruk