KPR di Februari tumbuh lambat di 7,4%



​JAKARTA. Aliran kredit perbankan ke segmen kredit perumahan semakin lambat. Berdasarkan data uang beredar yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) terlaporkan kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen tercatat tumbuh sebesar 7,4% di Februari 2017. Ini tercatat lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 8,3% di Januari 2017.

Realisasi kredit Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) senilai Rp 367,6 triliun per Februari 2017, turun Rp 1 triliun dibandingkan realisasi di Januari 2017 yang senilai Rp 368,3 triliun. Segmen KPR dan KPA ini berkontribusi paling besar atau sebesar 51,98% terhadap total kredit properti perbankan senilai Rp 706,2 triliun per Februari 2017.

Herry Purwanto, Direktur Ritel PT Bank Bukopin Tbk mengakui terjadi perlambatan dalam penyaluran kredit ke sektor perumahan di kuartal pertama ini. Alasannya karena daya beli turun akibat perlambatan ekonomi. "Bahkan pertumbuhan kredit perumahan masih belum sesuai harapan atau baru mencapai 8% di kuartal I-2017," kata Herry, kepada KONTAN, Senin (3/4).


Lanjutnya, penyaluran KPR akan mulai naik di kuartal II-2017 karena pertumbuhan ekonomi sudah lebih baik sehingga akan memacu permintaan kredit perumahan khususnya pada kelas menengah. Untuk itu, perusahaan akan menyiapkan beberapa produk untuk mendorong permintaan KPR. "Kami memperkirakan KPR dapat tumbuh 12% di kuartal II-2017," tambahnya.

Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Treasuri PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyampaikan, perlambatan permintaan kredit di awal tahun adalah musiman. Sedangkan, BTN masih mencatat kenaikan permintaan kredit perumahan di awal kuartal pertama karena segmen KPR seimbang antara KPR komersial dengan KPR subsidi.

"Perkiraannya, KPR dapat tumbuh di atas 11% di kuartal I-2017," ucap Iman. Bank berplat merah ini memperkirakan permintaan kredit perumahan akan kembali naik atau tumbuh 20% di kuartal II-2017 karena ekonomi mulai membaik. Adapun, BTN menargetkan kredit perumahan dapat tumbuh sebesar 22% di tahun ini dengan sasaran nasabah adalah kelas menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini