KPR OCBC NISP masih bisa tumbuh 5%



JAKARTA. Tahun kambing kayu sepertinya menjadi tahun penuh berkah bagi Bank OCBC NISP. Pasalnya, penyaluran kredit bank ini mampu membukukan pertumbuhan di atas rata-rata industri yang mengalami kelesuan permintaan kredit.

Hingga kuartal III 2015, kredit bank milik investor Singapura ini tumbuh tinggi mencapai 23% menjadi Rp 82 triliun. Lini bisnis kredit pemilikan rumah alias KPR menjadi motor penggerak kinerja kinclong OCBC NISP.

Setelah mengalami kemandekan di sepanjang tahun 2014, akhirnya lini bisnis KPR OCBC NISP mencetak pertumbuhan berkisar 5% pada kuartal ketiga 2015. Meski tumbuh tipis, angka ini lebih baik ketimbang pertumbuhan penyaluran KPR bank umum yang kurang dari 4%.


“Pencairan KPR sampai Oktober tembus Rp 2 triliun. Bookingnya sendiri naik 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Veronika Susanti, Division Head Secured Loan OCBC NISP, Rabu (25/11).

Menurut dia, pertumbuhan ditopang oleh perbaikan pada sejumlah proses semisal percepatan proses akad kredit. Strategi lain adalah menawarkan gimmick berupa promo bunga murah 9% fixed mulai dari tenor satu tahun sampai 10 tahun.

Yang tak kalah menarik, lanjut Veronika, OCBC NISP pun menyodorkan jangka waktu KPR sangat panjang hingga 25 tahun. Hal ini dikarenakan ada banyak debitur KPR OCBC NISP yang berusia muda atau di bawah 30 tahun saat mengajukan KPR rumah pertama.

Berbagai strategi ini ditempuh untuk menangkal permintaan KPR yang sedang lesu. Selain pasar yang sedang muram, pembiayaan KPR oleh bank juga bersaing dengan metode tunai bertahap yang ditawarkan pengembang.

Saat ini, porsi kredit KPR OCBC NISP mendominasi lini kredit konsumer OCBC NISP. KPR sendiri porsinya 70% terhadap kredit konsumer bank tersebut. Dari total kredit pemilikan rumah, 90% mengalir untuk kredit landed house dan 10% untuk kredit pemilikan apartemen (KPA). "Kami baru main di KPA, kami ingin melengkapi kebutuhan nasabah dan menyediakan KPA sementara ini di kota-kota besar saja,” jelas Veronica.

Gambaran saja, dari total baki kredit Rp 82 triliun, kredit konsumer yang terdiri dari KPR, kartu kredit dan kredit tanpa agunan menyumbang sebesar 14% atau berkisar Rp 12 triliun.

Asal tahu saja, data Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit properti hingga September 2015 mencapai Rp 607,1 triliun, tumbuh 13% secara tahunan (year on year/yoy). Sebagai perbandingan, di bulan Agustus 2015 lalu, kredit properti masih tumbuh sebesar 13,5%. Perlambatan melanda seluruh segmen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan