KONTAN.CO.ID - Presiden Aljazair, Abdulmadjid Tebboune, terpilih kembali dalam pemilu dengan 95% suara. Menurut komisi pemilihan umum, Tebboune memenangkan pemilu dengan margin yang sangat besar. Namun, kandidat lainnya mengklaim adanya kecurangan penghitungan suara.
Baca Juga: Yagi, Badai Terkuat Asia, Rontokkan Infrastruktur dan Pabrik di Vietnam Reuters mnelaporkan bahwa Kandidat lainnya, Abdelaali Hassani Cherif, mengatakan bahwa para pejabat pemungutan suara dipaksa untuk memanipulasi hasilnya. Cherif juga mengklaim bahwa dia mendapat lebih banyak suara daripada yang diumumkan. Pemilu ini diadakan dengan tingkat partisipasi yang relatif rendah, hanya 48% dari pemilih yang terdaftar.
Baca Juga: Cara Beralih dari Karyawan Biasa Menjadi Investor ala Robert Kiyosaki Kondisi ekonomi yang buruk dan ketidakpercayaan pada pemerintah mungkin telah menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi. Tebboune, yang didukung oleh militer, menghadapi kandidat lainnya yang relatif lemah. Kemenangannya tidak mengherankan karena Tebboune telah mempertahankan kebijakan sosial yang murah hati sepanjang masa jabatannya. Diantaranya pemerintah meningkatkan bantuan pengangguran, pensiun, dan program perumahan.
Baca Juga: Perusahaan Barang Mewah Tak Lagi Wah Namun, kemenangan Tebboune tidak berarti bahwa Aljazair tidak menghadapi tantangan. Ekonomi negara ini menghadapi kesulitan, dengan tingkat pengangguran yang tetap tinggi dan inflasi yang tinggi. Di bidang kebijakan luar negeri Tebboune juga menghadapi beberapa kegagalan, seperti gagalnya usaha Aljazair bergabung dengan kelompok BRICS dan kegagalan mengamankan perdamaian di Sahara Barat.
Editor: Hasbi Maulana