JAKARTA. Kalau tak meleset, PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) akan beroperasi mulai semester II 2017. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation telah menggagas perusahaan
joint venture tersebut sejak lima tahun lalu. Beroperasinya KNSS akan memberikan keuntungan dobel bagi Krakatau Steel. Selain menikmati bagi hasil atas kinerja KNSS, mereka juga berpotensi menikmati hasil penjualan bahan baku
cold rolled steel atau baja canai dingin kepada KNSS. Menurut perjanjian bisnis Krakatau Steel dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation, Krakatau Steel wajib menyuplai 200.000 ton baja canai dingin per tahun ke KNSS. Volume pasokan itu sesuai dengan porsi kepemilikan saham Krakatau Steel atas KNSS.
Mengingatkan saja, Krakatau Steel mengempit 20% saham KNSS. Sementara 80% saham selebihnya milik Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation, perusahaan asal Jepang. Komposisi saham KNSS itu berubah pada tahun 2014. Pada saat awal KNSS berdiri 27 Desember 2012, komposisi kepemilikan sahamnya yakni 49% Krakatau Steel dan 51% Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation Tahun ini, Krakatau Steel belum berencana menyuplai penuh 200.000 ton baja canai dingin ke KNSS. Tanpa membeberkan detail, Iip Arief Budiman, Sekretaris Perusahaan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, mengatakan, volume suplai baja canai dingin ke KNSS akan bertahap sesuai proses. Informasi saja, kelak, KNSS memproduksi baja lembaran ke industri otomotif. Kapasitas produksi perusahaan patungan itu 500.000 ton per tahun. Pusat produksi terletak di Cilegon, Banten. Tahun lalu, Krakatau Steel mengucurkan tambahan modal US$ 12.410 ke KNSS. Kehadiran KNSS sekaligus menggantikan peran Nippon Steel. Nanti, KNSS menyuplai baja otomotif ke produsen-produsen kendaraan yang semula menjadi mitra bisnis Nippon Steel. "Kalau yang ini (KNSS) untuk mengisi produsen otomotif yg selama ini di-supply oleh Nippon Steel Jepang," ujar Iip, saat dihubungi KONTAN, Minggu (16/4). Target penjualan tetap Jika jadwal operasional KNSS masih sesuai rencana, tidak demikian dengan rencana penyelesaian first blow in dalam proyek blast furnace. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 12 April 2017 kemarin, manajemen Krakatau Steel menyebutkan pemunduran jadwal operasional proyek, dari semula Maret 2017 menjadi paling cepat akhir kuartal II 2017. Penyebab jadwal operasional proyek blast furnace mundur karena Krakatau Steel menemui beberapa kendala. Buntut dari keputusan itu adalah keterlambatan perolehan manfaat berupa penurunan biaya produksi. Namun, manajemen Krakatau Steel mengatakan, molornya jadwal operasional proyek blast firnace belum mengganggu target kinerja. Perusahaan berkode saham KRAS di BEI tersebut masih mempertahankan target penjualan awal sepanjang tahun ini, yakni 2,6 juta ton-2,7 juta ton baja.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Keuangan Krakatau Steel Tambok P. Setyawati Simanjuntak bilang, kinerja Krakatau Steel pada kuartal I 2017 tumbuh ketimbang kuartal I 2016. Hanya saja, tak sekaligus menyebutkan nilai pendapatan yang dimaksud. "Ada pertumbuhan, pastinya demikian juga harga," kata Tambok kepada KONTAN, Minggu (16/4). Hingga akhir tahun lalu, Krakatau Steel belum mampu membirukan bottom line. BUMN ini masih mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$ 171,69 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini