Krakatau Steel ingin kuasai baja otomotif



CILEGON. Meski kondisi bisnis otomotif tengah melambat, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) tak berhenti ekspansi pabrik. Lewat  perusahaan patungan dengan Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation, yakni PT Krakatau Nippon Steel Sumikin, perusahaan pelat merah ini mulai membangun pabrik baja  untuk kebutuhan industri otomotif domestik pada Selasa (25/8) kemarin.

Krakatau Steel berharap, bila pabrik sudah beroperasi, bisa memenuhi 68,57% kebutuhan baja bagi industri otomotif domestik.

Naomasa Arita, Presiden Direktur PT Krakatau Nippon Steel Sumikin bilang, dalam perusahaan patungan ini, PT Krakatau Steel punya 20% saham di perusahaan tersebut. "Sisanya milik Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation," kata Naomasa (25/8).


Namun ada klausa PT Krakatau Steel Tbk bisa menambah porsi saham sampai 50% tergantung situasi dan kondisi serta kemampuan keuangan dari PT Krakatau Steel.

Ia menjelaskan, sejak awal Juli 2015, perusahaan ini sudah membangun fasilitas produksi galvanizing, annealing and processing line (GAPL). Dari proses ini bakal dihasilkan beragam produk baja lembaran seperti seperti baja lembaran dingin, baja lapis seng, atau baja lapis seng anil.  "Jenis baja ini dipergunakan industri otomotif Indonesia," kata Naomasa.

Selama ini pabrikan otomotif di Indonesia termasuk yang berasal dari Jepang masing mengandalkan impor baja otomotif dari Jepang. Meski begitu, Naomasa menyebut hingga kini pihaknya belum mendapat order resmi dari pabrikan otomotif Jepang yang ada di Indonesia. Yang jelas, pabrik ini beroperasi secara komersial medio 2017.

Untuk tahun pertama beroperasi, Krakatau Nippon Steel belum memiliki target penjualan. Mereka menargetkan pabrik ini bisa memproduksi 480.000 ton setahun. Adapun kebutuhan baja otomotif domestik mencapai 700.000 ton setahun. Artinya memenuhi 68,57% kebutuhan baja otomotif dalam negeri.

Untuk kebutuhan bahan baku, menurut Djoko Muljono, Direktur Human Resources & General Affair PT Krakatau Nippon Steel Sumikin, sekitar 40% total kebutuhan bahan baku berasal dari Krakatau Steel, sisanya impor.

Tapi untuk tahap awal, baru 20% dari total kebutuhan bahan baku Krakatau Nippon Steel Sumikin berasal dari KRAS. Soalnya, produksi baja Krakatau Steel lebih banyak berukuran 1.300 mm. Sedangkan kebutuhan bagi industri otomotif 1.800 mm. "Kami ada rencana untuk meningkatkan pasokan bahan baku dari Krakatau Steel," kata Djoko.

Menurut Naomasa, untuk mendirikan pabrik yang menempati areal 800 hektare ini, pihaknya harus merogoh kocek  US$ 300 juta.

Budi Indrawan, Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian berharap, kehadiran pabrik baja otomotif  yang diklaim pertama kali ini bisa mengurangi ketergantungan produk impor bagi industri otomotif lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri