Krakatau Steel (KRAS) akan Tingkatkan Kepemilikan Saham di Krakatau Posco Menjadi 50%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) akan meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Krakatau Posco menjadi 50%. 

Sebelumnya, KRAS hanya menguasai 30% dari keseluruhan saham Krakayau Posco, yang merupakan perusahaan patungan antara KRAS dan Iron Company (Posco). Hal ini disampaikan Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), dengan anggota Komisi VI DPR pada Senin (11/4). 

"KRAS dan Posco sudah menandatangani perjanjian peningkatan saham KRAS di Krakatau Posco, dari 30 persen menjadi 50%," ungkapnya. 


Adapun, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk mengesahkan hal tersebut akan diselenggarakan pada 10 Mei 2022 mendatang. 

Baca Juga: Penjualan Krakatau Steel (KRAS) Tembus Rp 10 Triliun Selama Kuartal I-2022

Menurut Silmy, aksi korporasi ini akan menjadi tonggak yang cukup signifikan terhadap laju bisnis Krakatau Steel ke depan. Sebab, peningkatan kepemilikan saham Krakatau Posco ini akan turut mendorong upaya ekspansi perusahaan di masa yang akan datang. 

Dia menambahkan, dengan meningkatnya saham KRAS, ke depan pihaknya akan menjadikan Krakatau Posco sebagai basis pengembangan industri baja flat produk. 

"Ini merupakan pilihan yang harus ambil agar kami juga bisa memanfaatkan kesempatan. Oleh sebab itu, dengan pengalaman kami (Krakatau Steel) di market domestik, dan Posco di pasar global, sehingga kami bisa meningkatkan ekspor serta utilisasi bisa lebih besar lagi," tutur Silmy. 

Sementara itu, dalam rentang waktu 2022-2024 KRAS juga akan membangun pabrik Cold Rolling Mill (CRM) dengan nilai investasi mencapai US$ 700 juta. Kemudian, pada 2025 mendatang, dana investasi akan ditambah lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi, sehingga pada tiga tahun ke depan, kapasitas produksi di pabrik tersebut akan mencapai 10 juta ton per tahun. 

 
KRAS Chart by TradingView

"Yang kami perlukan itu pabrik CRM khusus untuk otomotif, ini sedang kami siapkan investasinya sekitar US$ 700 juta dari 2022-2024, karena ada semangat dari pemerintah untuk bisa menjadi basis industri otomotif dunia, khususnya Asia Tenggara, maka harus kami perkuat dengan industri bahan baku baja untuk sektor otomotif," jelas dia. 

Sebagai gambaran, sepanjang tahun lalu, konsumsi baja di Indonesia memang didominasi untuk kebutuhan konstruksi dan juga otomotif. Silmy mengatakan, persentase penggunaan baja pada tahun 2021 untuk sektor konstruksi mencapai 78%, sedangkan sektor otomotif sekitar 11,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .