Krakatau Steel (KRAS) Berupaya Reaktivasi Pabrik Blast Furnace di Cilegon



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berupaya melakukan reaktivasi pabrik blast furnace di Cilegon yang sempat mangkrak. Pencarian investor untuk menjadi mitra masih terus dilakukan oleh perusahaan pelat merah tersebut.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, pihaknya sudah jauh-jauh hari menawarkan proposal pengoperasian kembali Blast Furnace Complex di Cilegon kepada beberapa mitra potensial. Kemudian, terdapat 10 investor yang menjawab tawaran tersebut. Dari situ, ada 5 investor yang menyatakan minatnya menjadi mitra bagi KRAS untuk reaktivasi pabrik blast furnace.

“Lima investor tersebut berasal dari Asia,” tukas Silmy dalam bincang-bincang bersama awak Media, Jumat (13/5).


Baca Juga: Pendapatan dan Laba Krakatau Steel (KRAS) Kompak Melesat di Sepanjang Kuartal I-2022

Saat ini, proses pre-eliminary due diligence terhadap calon-calon investor masih berlangsung, sebelum nantinya ada tahap due diligence. Pihak KRAS sendiri terbuka untuk berbagai kemungkinan kerja sama dengan investor baik dalam bentuk Joint Venture (JV), Joint Operation (JO), maupun bentuk kerja sama lainnya, asalkan pabrik blast furnace tersebut dapat beroperasi kembali.

Walau demikian, pabrik blast furnace ini memang tidak bisa langsung beroperasi sekalipun sudah ada investor yang pasti jadi mitra bagi KRAS. “Perlu investasi tambahan terlebih dahulu agar produk yang dihasilkan lebih efisien,” ujar Silmy.

Ia menyebut, pabrik blast furnace ini perlu ditambahkan satu fasilitas berupa basic oxygen furnace untuk menangkap material yang tidak diperlukan. Pasalnya, proses pembuatan baja yang efisien membutuhkan oksigen murni.

 
KRAS Chart by TradingView

Sebagai informasi, KRAS sudah memulai pengadaan proyek Blast Furnace Complex sejak 2008 lalu. Proyek tersebut untuk memberikan input hot metal dalam fasilitas ironmaking eksisting berbasis gas alam. Ruang lingkup proyek ini adalah pembangunan 4 pabrik utama terintegrasi, yaitu sinter plant, coke oven plant, blast furnace plant, dan hot metal treatment plant.

Pabrik blast furnace ini mulai beroperasi secara komersial pada 11 Juli 2019, namun dihentikan pada 14 Desember 2019. Padahal, nilai investasi pabrik ini mencapai Rp 8,5 triliun, termasuk di dalamnya nilai EPC sebesar Rp 6,9 triliun. Pabrik ini dapat menghasilkan 1,2 juta ton hot metal dan pig iron per tahun yang mana produk akhirnya adalah slab metal.

Dalam berita sebelumnya, Silmy menyebut, terjadi ketidakcocokan antara produksi slab dengan harga produk tersebut di pasar. Alhasil, KRAS berpotensi rugi jika pabrik blast furnace ini terus beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .