KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) memasang target optimistis tahun ini. Direktur Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita mengatakan, hingga akhir tahun 2022, pendapatan KRAS secara konsolidasi diproyeksikan naik sebesar 19% dibanding realisasi pendapatan di tahun lalu yakni US$ 2,15 miliar. Sehingga pendapatan KRAS diestimasikan menjadi US$ 2,55 miliar tahun ini. Sementara itu, laba bruto KRAS diproyeksikan naik sebesar 40% menjadi US$ 287 juta dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yakni US$ 205 juta. Sebagai gambaran, emiten baja BUMN ini membukukan kinerja ciamik per semester pertama 2022. Dari sisi pendapatan, Krakatau Steel juga mencatatkan pertumbuhan 27% menjadi US$ 1,34 miliar atau setara Rp 19,88 triliun.
Baca Juga: Per September 2022, Nilai Ekspor Krakatau Steel (KRAS) Sudah Lampaui Target Sementara dari sisi bottomline, KRAS membukukan laba sebesar US 78,65 juta atau setara dengan Rp 1,17 triliun selama enam bulan pertama 2022. Capaian ini meningkat dua kali lipat dibandingkan laba bersih pada semester pertama 2021 yang sebesar US 33,02 juta atau setara dengan Rp490,7 miliar. Melati merinci, KRAS telah merumuskan sejumlah strategi guna menggenjot kinerja tahun ini. Pertama, bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR), BUMN-BUMN Karya maupun Engineering, Procurement & Construction (EPC) swasta dalam rangka mendukung proyek - proyek strategis nasional, khususnya pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Kedua, mendukung langkah pemerintah dalam penerapan program tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atas barang dan subtitusi impor baja sebesar 35% pada tahun 2022 melalui pembangunan fasilitas produksi hot strip mill (HSM) 2 dengan kapasitas tahap awal produksi HRC sebesar 1,5 juta ton. Melati mengatakan, kapasitas produksi KRAS dari pabrik HSM 1 sendiri adalah 2,4 juta ton per tahun, kemudian ditambahkan dengan kapasitas produksi tahap awal pabrik HSM 2 sebesar 1,5 juta ton per tahun. Maka, total kapasitas KRAS saat ini untuk memproduksi produk hot rolled coil (HRC) adalah 3,9 juta ton per tahun. “Selanjutnya, dengan peningkatan yang akan dilakukan untuk Pabrik HSM 2 hingga 4 juta ton, dengan demikian total kapasitas dari HSM 1 dan HSM 2 menjadi 6,4 juta ton per tahun,” terang Melati.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Lunasi Utang Kepada Commerzbank AG Sebesar US$ 216 Juta Ketiga, bekerja sama dengan produsen lokal hilir untuk meningkatkan nilai tambah produk, utilisasi industri, dan menurunkan ketergantungan bahan baku impor melalui program hilirisasi. KRAS menargetkan 10 produk hilir baru untuk diluncurkan pada tahun 2022. Keempat, menerapkan transformasi digital pada bisnis inti dan pelayanan, sehingga dapat meningkatkan penjualan, produktivitas dan efisiensi masing-masing sales force, kolaborasi stakeholder yang terlibat dan customer experience. Kelima, KRAS bekerjasama dengan Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (IISIA) dan Pemerintah untuk memproteksi pasar baja domestik dari membanjirnya barang impor yang terindikasi unfair trade (anti dumping, circumvention), serta pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib untuk produk baja hulu hingga hilir, dalam rangka menjaga keselamatan dan keamanan bagi pengguna baja serta persaingan bisnis yang sehat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi