KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) menargetkan penjualan naik 43% tahun ini. Target ini dicanangkan karena di semester I 2021 lalu, KRAS membukukan nilai penjualan lebih besar dari target satu semester. "Penjualan KRAS sampai Juni 2021 sudah sebesar Rp 15,3 triliun,” terang Silmy Karim, Direktur Utama Krakatau Steel saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/7). Silmy menyebut, kinerja KRAS ke depan akan didorong untuk pasar ekspor. Sebagaimana terlihat di semester pertama, dimana terjadi peningkatan ekspor hingga 15 kali dibandingkan semester I-2020.
Optimisme ini juga didasari oleh kebijakan pemerintah yang sedang menyiapkan kebijakan untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik curang yang dilakukan oleh produsen luar negeri seperti dumping.
Baca Juga: Pendapatan naik, laba bersih Krakatau Steel (KRAS) melonjak 601% di semester I-2021 Meski saat ini ada pembelakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), Silmy bilang, ekspansi dan bisnis KRAS tidak terdampak. Sebab, sektor baja dapat beroperasi normal karena merupakan sektor strategis nasional. “Kami tentu tetap mematuhi protokol kesehatan dan mendorong vaksinasi untuk karyawan KRAS yang saat ini sudah di atas 90%,” jelas dia.
Sebagai gambaran, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan bersih senilai US$ 1,05 miliar atau setara Rp 15,3 triliun pada semester pertama 2021. Realisasi ini melejit 90,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumya, dimana KRAS hanya membukukan pendapatan sebesar US$ 552,8 juta atau setara Rp 8 triliun. Volume penjualan produk utama KRAS meningkat sebesar 43,8% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Peningkatan volume penjualan Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) menjadi sebesar 995.000 ton dibandingkan 692.000 ton di tahun 2020. Selain itu, penjualan ekspor KRAS pun meningkat 15 kali lipat menjadi sebesar 162.243 ton di 2021, dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yang hanya 10.817 ton. “Dengan memproduksi produk HRC dan CRC sebanyak 1.008.000 ton di Semester pertama 2021, dan diikuti dengan semakin turunnya biaya produksi per ton, maka produktivitas Krakatau Steel pun meningkat sebesar 61%,” jelas Silmy. Program efisiensi KRAS di tahun 2020 nampaknya terus berlanjut di tahun 2021, sebagaimana terlihat pada penurunan variable cost dan fixed cost per tonnya. Hingga Juni 2021, variable cost menurun 13,1% dan fixed cost menurun 22,8%. Lebih lanjut, Simly mengatakan, di paruh pertama 2021, Krakatau Steel juga berhasil menurunkan biaya operasional sebesar 18,1%, dari sebelumnya Rp 2 juta per ton menjadi Rp 1,7 juta per ton. Penurunan biaya operasional ini di antaranya terjadi pada biaya energi sebesar 12%, penurunan biaya spare part sebesar 17,6%, serta penurunan biaya tenaga kerja hingga 24,7%. Peningkatan kinerja juga diikuti oleh perbaikan kinerja anak perusahaan KRAS di semester pertama 2021, yang secara keseluruhan dapat membukukan laba.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) telah salurkan oksigen sebanyak 3.854 tabung Nilai penjualan anak usaha KRAS meningkat sebesar 46,6% menjadi Rp 4,7 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 yang hanya sebesar Rp 3,2 triliun. Laba bersih anak perusahaan KRAS juga meningkat sebesar 21,2% menjadi Rp 397 miliar dibandingkan paruh pertama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 327 miliar.
Dus, KRAS mengempit laba bersih sebesar US$ 32,46 juta atau setara Rp 475 miliar pada enam bulan pertama 2020. Capaian ini melesat 601,3% dibandingkan dengan perolehan laba bersih di periode yang sama pada tahun 2020 yang hanya sebesar US$ 4,51 juta atau setara Rp 67 miliar. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA KRAS hingga Juni 2021 meningkat menjadi Rp 1,2 triliun. EBITDA tersebut hampir dua kali lipat melebihi realisasi di 2020 yang sebesar Rp 687 miliar. “Dengan perolehan laba di semester pertama 2021 ini, kami optimis Krakatau Steel dapat melanjutkan tren positifnya hingga akhir tahun,” pungkas Silmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat