KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga paruh kedua tahun 2023, PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) telah menggunakan anggaran belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar US$ 15,2 juta. Sayangnya, Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo tidak menyebutkan total capex KRAS di tahun ini. Yang jelas, perusahaan pelat merah ini mengalokasikan capex di 2023 hampir sama dengan tahun 2022. “Di mana untuk KS induk tidak ada capex baru yang bersifat multiyears selama periode restrukturisasi utang. Adapun capex yang bersifat rutin, alokasinya sebagian besar diperuntukkan untuk perawatan rutin mesin pabrik untuk menjaga kehandalan dari pabrik yang beroperasi,” kata Purwono saat dihubungi Kontan, Kamis (12/10).
Sementara, capex investasi dialokasikan untuk sub-holding, sedangkan untuk pengembangan bisnis di KRAS dilakukan melalui skema kerja sama dengan mitra strategis.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Kembangkan Krakatau Urban Valley Di sisi lain, saat ini KRAS sedang dalam proses revisi target kinerja untuk akhir tahun 2023. “Di mana, saat ini fokus KRAS untuk meningkatkan pendapatan dan laba dari sub-holding,” ungkap Purwono. Jika merujuk pada laporan keuangan KRAS di Semester I-2023, penjualan produk baja secara lokal dan ekspor KRAS turun. Pada sektor lokal, penjualan KRAS turun 14,13% menjadi US$ 801 juta dari sebelumnya US$ 932,82 juta. Lalu, sektor penjualan luar negeri anjlok 78,55% menjadi US$ 54,387 juta dari sebelumnya US$ 253,635 juta. Alasan turunnya penjualan di dua sektor ini terjadi karena di Semester I-2023, KRAS menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah pabrik HSM1 yang dalam proses recovery sehingga berpengaruh terhadap capaian volume penjualan baja menurun sebesar 17,2% dari 1,2 juta ton pada tahun 2022 menjadi sebesar 965.000 ton pada Semester I-2023. “Dengan penurunan volume tersebut, capaian pendapatan sebesar US$ 984,63 juta atau 26% di bawah capaian tahun sebelumnya sebesar US$ 1,33 miliar,” katanya. Meski begitu, KRAS akan tetap mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pasar baja domestik secara konsolidasi. “Meski penjualan sektor baja menurun, KRAS tetap berupaya keras menjaga kinerja positif, yang tercermin dari capaian EBITDA positif Semester I 2023 sebesar US$ 26,93 juta,” ungkapnya. Kemudian dari sisi ekspor, hingga saat ini, negara-negara yang menjadi regular market produk KRAS di antaranya adalah Malaysia, Vietnam, Taiwan, Pakistan, Australia & New Zealand. “Tidak ketinggalan negara-negara Eropa seperti Belgia, Turki, Spanyol, Portugal, Turki, Italia dan lain sebagainya. Dari ke semua negara tersebut, 5 negara yang menjadi tujuan ekspor terbesar adalah Vietnam, Italia, Pakistan, Turki, dan Malaysia,” jelas Purwono.
Jelang tutup tahun, Purwono menambahkan ada 4 strategi yang dilakukan KRAS guna meningkatkan penjualan.
Pertama adalah dengan cara meningkatkan pangsa pasar baja konstruksi melalui pengembangan produk baru modular guna mendukung pembangunan sektor perumahan melalui Krakatau Baja Konstruksi.
Kedua, adalah mengembangkan new product development flat product (black anneal) guna memenuhi kebutuhan domestik, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan domestik terkait bahan baku pembuatan pipa bulat, pipa kotak, Canal C, Cable Tray, dan panel. “Produk
black annealed ini juga dapat menjadi solusi sebagai substitusi masuk nya barang impor dengan ketebalan di bawah 1.5 mm,” ungkapnya.
Ketiga, peningkatan pelayanan di sektor non-baja (pelabuhan, penyediaan air, moda pengangkutan) untuk mendukung tumbuhnya Industri Baru, khususnya di kawasan industri Cilegon. “Hal ini dilakukan melalui Krakatau Steel Group yaitu PT Krakatau Bandar Samudera, PT Krakatau Tirta Industri, dan PT Krakatau Jasa Logistik,” ungkapnya. “Dan yang terakhir adalah mempertahankan dan memperluas pasar dalam penyediaan suplai bahan baku Industri,” tutup Purwono. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari