Krakatau Steel memasok baja elpiji



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek infrastruktur yang tengah berjalan di berbagai daerah menyebabkan permintaan pipa baja terus meningkat. Ini pula yang membuat PT Krakatau Steel Tbk sumringah.

Selain terus menyuplai pipa baja untuk proyek-proyek infrastruktur itu, emiten berkode KRAS di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu juga menyuplai baja untuk keperluan tabung baja gas elpiji. Baik untuk elpiji 3 kilogram (kg)  bersubsidi maupun tabung elpiji yang nonsubsidi. 

Direktur PT Krakatau Steel Tbk  Purwono Widodo menjelaskan, perusahaan baja plat merah ini siap menyediakan bahan baku pembuatan tabung gas elpiji, yaitu baja canai panas atau hot rolled coil. Permintaan pembuatan tabung elpiji ini berpeluang berdampak positif bagi BUMN tersebut. "Para pabrikan tabung elpiji nantinya akan membeli bahan baku kepada kami," jelas Purwono kepada Kontan.co.id, Kamis (4/1). 


Menurutnya kebutuhan baja hot rolled coil.  untuk tabung  3 kg cukup besar. Yakni bisa mencapai 2.000 sampai 3.000 ton setiap bulan.

Sejauh ini pasokan bahan baku KRAS seharusnya mencukupi. Juga harga bahan baku tidak ada masalah, walaupun tahun lalu mulai ada gejolak kenaikan harga hot rolled coil. 

Anak usaha Krakatau Steel yakni  PT KHI Pipe Industries mencatatkan kapasitas produksi pabrik di Cilegon sebanyak 250.000 ton per tahun. Dan tentu saja, Krakatau Steel tetap memberikan  pasokan  bahan baku. 

Proyek infrastruktur

Sementara terkait proyek infrastruktur, PT KHI Pipe Industries yang siap memasang target penjualan tinggi pada tahun 2018.  Nizar Ahmad, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT KHI Pipe Industries mengungkapkan, meski tahun lalu tak mencapai target penjualan, tahun ini pihaknya optimistis bisa mendapat proyek. Tahun lalu KHI mematok target 131.000 ton penjualan pipa baja, tapi realisasinya hanya 106.000 ton. 

Meski demikian jumlah penjualan tahun 2017 itu tetap naik dibandingkan dengan penjualan di periode tahun 2016 sebesar 80.000 ton, 2015 hanya 66.000 ton. "Target 2018 optimistis mendapat 150.000 ton. Sebagian karena carry over dari 2017 serta sisanya proyek infrastruktur dan migas," jelas Nizar, Kamis (4/1).

Menurutnya, mayoritas pipa baja produksi perusahaan sekitar 70% digunakan untuk penggunaan tiang pancang, konstruksi, dan proyek pipa air bersih. Sedangkan penggunaan tiang pancang kebanyakan untuk proyek-proyek pelabuhan.

Sementara utuk konstruksi juga ada sebagian untuk proyek pembangkit listrik. Sedangkan pipa air banyak dari Perusahaan Air Minum (PAM) di setiap daerah

Adapun penjualan pipa baja lainnya untuk proyek minyak dan gas bumi (migas) yang mayoritas masih dari Pertamina yang terus melakukan ekspansi. "Dari segi daerah kebutuhan pipa baja itu dimulai dari Jawa dan terus ke Sumatra," tambah Nizar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati