Krakatau Steel mencari pinjaman US$ 500 juta



JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengungkap nilai utang yang menjadi incarannya. KRAS membutuhkan pinjaman tersebut untuk membiayai pembangunan pabrik besi dengan tanur tinggi atawa blast furnace.

Produsen besi dan baja ini tengah mencari pinjaman senilai US$ 500 juta. "Kami akan ambil pinjaman dari bank kredit ekspor senilai US$ 400 juta sampai US$ 500 juta," kata Sukandar, Direktur Keuangan KRAS, Rabu (1/6).

Bank kredit ekspor pemberi pinjaman ke KRAS merupakan bank asal China. KRAS sengaja mencari pendanaan dari China karena kontraktor yang memenangkan tender proyek pembangunan pabrik blast furnace adalah perusahaan asal China.


Direktur Utama KRAS Fazwar Bujang sempat menuturkan, pabrik baja lokal tersebut sudah mengantongi pernyataan lisan untuk menyalurkan kredit dari bank asal China tersebut. "Saat ini kami masih penjajakan, tapi kalau secara lisannya mereka sudah setuju untuk melakukan pendanaan di sini," terang Fazwar.

Dengan pinjaman dari bank ekspor kredit itu, dipastikan KRAS tidak perlu menerbitkan obligasi untuk mendanai proyek pembangunan pabrik blast furnace tadi. "Lebih murah pinjaman dari obligasi," papar Sukandar.

Namun sebelum bisa mendapatkan pinjaman tersebut, KRAS harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham perseroan mengenai rencana tersebut. KRAS akan memintakan persetujuan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 8 Juni nanti.

Terkait dengan rencana pembangunan blast furnace itu, KRAS tengah mengurus izin aksi korporasi ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Transaksi itu termasuk transaksi material yang harus dilaporkan.

Sekadar informasi, nilai investasi pembangunan pabrik besi tanur tinggi tadi mencapai Rp 5,92 triliun. Sukandar mengatakan hanya sekitar 70% dari kebutuhan dana yang dipenuhi dengan pinjaman. Kebutuhan dana tersisa akan ditutup dengan kas interen.

Rencananya, kapasitas terpasang pabrik tersebut mencapai 1,5 juta ton. KRAS akan membangun pabrik ini di Cilegon. Pembangunan pabrik akan dimulai di kuartal ketiga tahun ini dan ditargetkan selesai pada 2014 mendatang.

Selain pabrik besi tanur tinggi tadi, KRAS juga membangun pabrik blast furnace bersama Posco dari Korea Selatan. Kedua pabrik besi ini akan melengkapi pabrik besi yang sudah ada.

Saat ini KRAS sudah memiliki pabrik besi dengan teknologi direct reduction yang berbahan bakar gas. Sementara pabrik blast furnace akan menggunakan batubara sebagai bahan bakar.

KRAS akan menuai untung dengan penggunaan batubara karena meringankan biaya energi yang harus ditanggung. Selain itu, proporsi pemakaian scrap juga jadi lebih kecil dan penggunaan bahan baku menjadi lebih fleksibel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie