Krakatau Steel siap memasok baja ke industri otomotif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk tengah mengembangkan produk baja khusus untuk komponen otomotif. BUMN ini berharap, bisa menyuplai bahan baku kendaraan bermotor di Indonesia.

Salah satu upaya membuat produk itu, emiten berkode saham KRAS di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggandeng Sango Corporation. "Tahap pertama dengan Sango kami diberi order bahan baku berupa billet baja," ujar Purwono Widodo, Direktur Marketing Krakatau Steel, saat konferensi pers, Rabu (18/4).

Billet baja tersebut masih akan diolah menjadi wire rod atau kawat baja yang digunakan untuk komponen dalam kendaraan bermotor seperti per pegas, kawat dan rangkaian kecil lainnya. "Karena ini pembelajaran yang rumit, saat ini kami sampai pada tahap pemilihan billet dahulu," sebut Purwono.


Setelah itu, barulah KRAS bakal menyuplai langsung kepada Sango. Lalu perusahaan asal Jepang tersebut bertugas memasarkan.

Secara umum, menurut Purwono, potensi pasar otomotif masih terus berkembang setiap tahun. "Apalagi saat ini sudah ada kebijakan untuk mengalihkan bahan baku otomotif dari yang impor ke bahan baku lokal," tutur Purwono. Sebelumnya Krakatau Steel sudah menyuplai kebutuhan pabrikan otomotif berupa baja lembaran untuk keperluan kerangka baja.

Porsi penjualan Krakatau Steel ke industri otomotif pada tahun 2016 sekitar 6% dari total pendapatan bersih perseroan ini. Tahun lalu, porsi itu meningkat menjadi 11%. "Seharusnya di 2018 ini meningkat terus," imbuhnya.

Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Direktur Utama PT KRAS, mengatakan, agar kinerja bisnis terus berlari, perusahaan ini bakal menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 555,7 juta pada tahun 2018 ini. "Capex kami multi years karena berkelanjutan dari proyek tahun lalu," ungkapnya.

Besaran jumlah capex tersebut tak lepas dari kebutuhan perseroan ini menunjang kinerja bisnis "Penambahan capex ini bakal digunakan peningkatan kinerja anak usaha. Lalu ada pengembangan pabrik baja hot strip mill dua, dan beberapa investasi di Induk," urainya.

Sumber capex tersebut berasal dari kas internal perseroan ini. Salah satu sumber kas internal ialah dana hasil rights issue pada tahun 2016 lalu. Melalui aksi korporasi tersebut, KRAS meraup dana segar sekitar Rp 1,87 triliun. Kas internal ini nantinya juga akan dikombinasikan dengan pinjaman.

Alokasi capex tahun 2018 sejatinya lebih kecil dibandingkan capex tahun 2017 lalu yang sekitar US$ 800 juta. Penurunan ini lantaran sejumlah proyek penambahan kapasitas KRAS mulai masuk tahap penyelesaian. Salah satunya, proyek pembangunan blast furnace complex.

Dalam laporan keuangan sepanjang tahun 2017 rugi KRAS tercatat turun 52,39% year on year (yoy) menjadi US$ 81,75 juta. Jika dibandingkan, pada tahun 2016, kerugian perusahaan ini sebesar US$ 171,69 juta. Penopang kinerja KRAS adalah pendapatan perusahaan pada 2017 sebesar US$1,44 miliar. Naik dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$1,34 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie