JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memastikan harga pelaksanaan
rights issue belum terbentuk. "Sampai saat ini, kami bersama kementerian BUMN belum menetapkan harga saham untuk
rights issue, kami masih membahasnya," tegas Corporate Secretary KRAS Arief Budiman saat dimintai konfirmasinya oleh KONTAN, Senin (17/10). Hal ini sekaligus membantah isu yang beredar jika KRAS telah menetapkan harga pelaksanaan
rights issue Rp 565 per saham. Ini merupakan level tertinggi atas rentang harga
rights issue yang sebelumnya telah diumumkan oleh manajemen KRAS. Adapun rentang bawah
rights issue tersebut adalah Rp 500 per saham.
Asal tahu saja, perseroan akan menerbitkan sebanyak 3,3 miliar saham hingga 3,74 miliar saham. Rencananya, setiap 250.000 saham lama, berhak atas 52.592 HMETD hingga 59.429 HMETD. Rentang harga pelaksanaan tersebut berada di bawah harga KRAS saat rentang tersebut diumumkan Rp 825 per saham. Dana maksimal yang bisa diraih KRAS dari
rights issue tersebut sekitar Rp 2,2 triliun. Tanggal efektif HMETD rencananya dilakukan pada 10 Oktober mendatang. KRAS mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1,5 triliun melalui aksi
rights issue tersebut. Perseroan akan menggunakan 66% dana
rights issue untuk memenuhi kebutuhan modal kerja proyek pembangunan
hot strip mill 2. Pabrik senilai US$ 381,8 juta ini diharapkan bisa beroperasi pada semester I-2019. Proyek ini untuk meningkatkan kapasitas produksi penggulungan baja
(rolling) dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun. Sementara itu, sebesar 34% dari dana
rights issue akan digunakan sebagai ekuitas untuk proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 1x150 Mega Watt (MW). PLTU itu ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2019. Nilai investasinya mencapai Rp 2,3 triliun. Perseroan juga akan mengkombinasikan sumber pendanaan lain seperti kas internal atau ekuitas guna memenuhi kebutuhan investasi tersebut.
KRAS sudah hampir menuntaskan pabrik
blast furnance. Pabrik itu rencananya akan bisa beroperasi di akhir tahun ini. Proyek ini akan menurunkan ongkos bahan baku perseroan, mengurangi kebutuhan listrik dan menyeimbangkan fasilitas produksi
upstream dan
downstream perseroan. Manajemen KRAS memperkirakan penghematan biaya dari proyek ini mencapai US$ 58,3 per ton untuk produk
Hot Rolled Coil (HRC) atau baja lembaran panas. Dengan kata lain, KRAS bakal berhemat 18% dari total ongkos produksi HRC tahun 2015. Kucuran dana PMN diproyeksi bisa mendorong kinerja KRAS dalam jangka panjang. Dengan PMN, pada tahun 2020 pendapatan KRAS diperkirakan naik menjadi US$ 3,6 miliar dibandingkan bila tanpa PMN sebesar US$ 2,8 miliar. Sementara itu, laba bersih KRAS juga diperkirakan naik menjadi US$ 459 juta dengan PMN dan US$ 261 juta tanpa PMN. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie