KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) mendapat restu pemegang saham untuk menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) senilai Rp 3 triliun melalui Penambahan Modal Tanpa Hak Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Persetujuan ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada Selasa (24/11). Rencananya, OWK yang diterbitkan akan memiliki tenor selama tujuh tahun dari tanggal penerbitan. Instrumen itu akan dikonversi menjadi saham baru dalam perseroan dengan harga mengacu kepada 90% dari rata-rata harga penutupan saham perseroan selama kurun waktu 25 hari bursa berturut-turut di pasar reguler atau mengacu pada harga saham penutupan KRAS 1 hari sebelum tanggal konversi, tergantung mana yang lebih rendah. Pembayaran kupon OWK dilakukan setiap tanggal 31 Maret dan 30 September dengan nilai kupon maksimal sebesar BI 7 Days Teverse Repo Rate reverse repo rate apabila Interest Coverage Ratio (ICR) > 1. Pembayaran kupon tidak dilakukan apabila ICR <1.
Direktur Keuangan PT Krakatau Steel Tbk, Tardi menjelaskan, dana yang didapat akan dipergunakan untuk menambah modal kerja guna mendukung investasi pemerintah dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan memberikan relaksasi siklus pembayaran konsumen dari semula 90 hari menjadi 180 hari.
Baca Juga: Gandeng Mitra Kerja, Krakatau Steel (KRAS) Menggarap Produk Hilirisasi Baja Catatan saja, penerbitan OWK ini memang dilakukan dalam rangka menjalankan amanat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 118/PMK.06/2020 tentang Investasi Pemerintah dalam Rangka Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pada penerbitan OWK tersebut, pemerintah akan bertindak sebagai investor, sementara PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) akan bertindak sebagai Pelaksana Investasi. “Dukungan investasi pemerintah dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional pada industri baja akan memberikan fleksibilitas kepada perseroan untuk membantu konsumen industri hilir dan industri pengguna nasional melalui relaksasi pembayaran kepada konsumen,” kata Tardi dalam RUPSLB yang disiarkan secara virtual, Selasa (24/11). Selain memberikan dampak positif bagi pemulihan ekonomi, terutama di sektor baja, pemberian relaksasi pembayaran kepada konsumen juga diproyeksi akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan, penggunaan dana hasil penerbitan OWK akan mengungkit angka rata-rata penjualan produk baja perusahaan ke angka normal, sebab persoalan kesulitan arus kas pada konsumen di tengah pandemi Covid-19 diduga menjadi penyebab rendahnya realisasi penjualan. Pemulihan penjualan ke angka normal ini menurutnya akan mulai terasa pada kuartal II 2021. Asal tahu, saat angka rata-rata penjualan bulanan KRAS berada di bawah angka normal. Silmy mencatat, penjualan produk-produk baja perusahaan seperti cold rolled coils (CRC), wired rod dan long product hanya berkisar 40%-50% dari angka penjualan normal. Idealnya, angka penjualan CRC KRAS per bulannya mencapai 50.000 ton, sementara wire rod dan long product masing-masing sekitar 25.000 ton dan 30.000 ton per bulan. Produk hot rolled coil (HRC) perusahaan juga sama, dari angka penjualan normal yang berkisar 170.000 ton per bulan, realisasi penjualan HRC KRAS hanya berkisar 144.000 per bulan. Penjualan yang normal juga diperkirakan akan berdampak positif terhadap EBITDA perusahaan. “Dengan semakin efisiennya operasional pabrik KS (Krakatau Steel), maka marjin/EBITDA akan semakin baik ketika penjualannya normal,” kata Silmy kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).
Dihubungi terpisah, Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatakan, opsi penerbitan OWK sebagai tambahan modal kerja untuk merelaksasi pembayaran konsumen cukup efektif untuk menggerakkan ekonomi. Meski begitu, ia juga menilai bahwa cara-cara tersebut tidak akan serta-merta mengungkit kinerja KRAS. Menurut Teguh, realisasi penjualan KRAS yang masih di bawah ekspektasi tidak semata-mata didorong oleh kesulitan arus kas pada konsumen, namun juga didorong oleh gempuran produk baja impor dari China. Dalam persaingan pasar tersebut, kata Teguh, produk-produk baja impor dari China cenderung lebih diminati lantaran memiliki harga yang lebih rendah serta kualitas yang bersaing. Tidak tanggung-tanggung, Teguh mencatat bahwa selisih harga antara produk baja KRAS dengan baja impor pada jenis produk baja tertentu bisa mencapai 50%. “Yang beli baja dari Krakatau Steel saat ini memang sudah jarang karena lebih mahal daripada baja impor dari China,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .