JAKARTA. Kurang dari setahun mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sudah menyiapkan agenda divestasi. KRAS berniat menggelar penawaran saham perdana PT Krakatau Daya Listrik (KDL). Perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur itu memproduksi listrik untuk kebutuhan pabrik KRAS. "Akhir tahun ini akan IPO, kalau bisa di November," kata Fazwar Bujang, Direktur Utama KRAS, Kamis (7/4). Anak usaha KRAS itu akan menawarkan 20% saham melalui
initial public offering (IPO). Pengelola KRAS menyatakan, tetap berniat menjadi pemegang saham mayoritas KDL setelah IPO.
Rencana itu merupakan rekomendasi tim yang dibentuk KRAS untuk mengevaluasi apa saja anak usahanya yang pantas IPO di tahun ini. Sebagai catatan, selain KDL, KRAS juga menjagokan PT Krakatau Tirta Industri yang mengolah air untuk keperluan produksi, serta PT Krakatau Engineering untuk menggelar IPO. Alasan KRAS mendorong anak usahanya IPO, agar lebih mudah mendapatkan sumber pendanaan. Tujuannya agar agenda ekspansi lebih mudah terlaksana. Terlebih, kebutuhan dana di sektor ini cukup besar. Kiprah KDL yang terbaru adalah membangun
power plant combine cycle di Cilegon, bekerja sama dengan PT PP Tbk (PTPP). Proyek bernilai US$ 100 juta tersebut ditargetkan selesai dalam 18 bulan. Akhmad Nurcahyadi, Analis dari BNI Securities mengakui, IPO adalah cara paling cepat untuk mendapatkan pendanaan. "Tapi, terserap atau tidaknya oleh pasar, tergantung harga yang ditawarkan," kata dia. Menurut dia, IPO KRAS terbilang berhasil. Harga saham KRAS yang sempat merosot di awal perdagangan, mampu
rebound. Jadi, anak usaha KRAS boleh berharap bisa mengikuti jejak sang induk. Akhmad menilai, kinerja KRAS yang selama ini baik akan menjadi pertimbangan para investor. Apalagi, pilihan saham infrastruktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum banyak. Namun Akhmad juga menyarankan investor untuk memperhatikan kecenderungan bursa saat ini, yaitu overbought atau jenuh beli. Ini akan membuka peluang untuk koreksi. Sepak terjang induk KRAS sudah menyiapkan segudang rencana ekspansi. Ada proyek pembangkit listrik, pelabuhan dengan tambahan beberapa dermaga, dan tempat pengolahan air. KRAS juga akan melakukan melakukan penambahan crane dan membutuhkan conveyor system. Perusahaan pelat merah tersebut akan membangun dua pabrik
blast furnace. Pabrik pertama adalah hasil kerjasama dengan Posco. Pemancangan pertama pabrik ini akan dilakukan akhir Juli mendatang. Sedangkan pabrik kedua merupakan proyek KRAS sendiri yang nilainya mencapai Rp 4,8 triliun. KRAS sudah menetapkan pemenang tender bagi kontraktor EPC proyek tersebut, yaitu sebuah perusahaan asal China. Sayangnya Fazwar masih enggan mengungkapkan namanya. Dengan mendapat rekanan dari China, Fazwar optimistis KRAS akan lebih mudah mencari pinjaman perbankan asal Negeri Tirai Bambu itu. Sebelumnya, Fazwar sempat bilang, KRAS telah mendapatkan persetujuan dari pihak China secara lisan.
Kedua pabrik tersebut nantinya akan memiliki kapasitas terpasang hingga 1,5 juta ton. Berlokasi di Cilegon, kedua pabrik itu ditargetkan sudah bisa beroperasi tahun 2013. Untuk pemenuhan bahan bakar di kedua pabrik tersebut, KRAS akan bekerja sama dengan PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN). Kerjasama KRAS dan BORN tersebut memicu spekulasi KRAS akan mengambil saham BORN. Namun, ini dibantah manajemen KRAS. "Kerja sama tersebut masih dalam tahap pembicaraan awal, tapi belum ada rencana untuk membeli saham mereka," beber Fazwar. Spekulasi yang beredar, KRAS ingin memiliki saham BORN karena emiten itu memproduksi batubara
cooking coal yang dibutuhkan KRAS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie