KRAS minta harga gas US$ 3 per mmbtu



JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berharap pemerintah mampu memberikan harga gas industri serendah mungkin untuk menggariahkan sektor industri, khususnya industri baja.

Seperti diketahui, pemerintah melalui Perpres No.40 tahun 2016 mengenai penetapan harga gas bumi, memang berniat untuk menurunkan harga gas untuk industri. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan sejumlah menterinya untuk menurunkan harga gas industri di bawah US$ 6 per sejuta british thermal unit (mmbtu) pada Oktober dan November ini.

Sukandar, Direktur Utama KRAS mengatakan, harga gas industri harusnya di bawah US$ 5 per mbbtu. Pasalnya, secara global harga natural gas saat ini hanya dikisaran US$ 2,75 per mmbtu.


Berkaca dari Malaysia yang industrinya disokong dengan harga gas di level US$ 4 per mmbtu, maka secara ongkos produksi produk asal Indonesia sudah sulit untuk bersaing dengan produk dari Malaysia.

"Kami minta pemerintah untuk bisa menurunkan harga gas sampai US$ 3 per mmbtu, kalau sektor industri mau tumbuh pemerintah harus bisa menurunkan harga gas, karena Malaysia itu paling hanya US$ 4 per mmbtu," ujarnya di Cilegon, Banten, Rabu (26/10).

Saat ini, KRAS masih membeli harga gas dari Pertamina dan PGN dengan harga yang cukup mahal. Untuk pasokan gas dari PGN, KRAS harus membayar US$ 9,5 per mmbtu sedangkan dari pasokan Pertamina, KRAS membayar dengan harga US$ 7,3 mmbtu.

Dengan kondisi seperti itu, KRAS telah menutup pabrik di sektor hulu karena produknya tidak kompetitif diakibatkan harga gas yang cenderung mahal, oleh karenanya pemerintah harus memberikan harga gas yang rendah untuk kembali menggairahkan sektor industri dan ekonomi domestik.

"Dibandingkan dengan harga gas internasional, PT Krakatau Daya Listrik itu membakar uang US$ 25 juta setiap tahunnya, dan kondisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun," tutupnya.

Dengan harga US$ 3 per mmbtu, KRAS bisa menyumbang devisa US$ 1 miliar. Namun, karea harga gas yang sangat mahal, pabrik di hulu harus ditutup padahal mampu memproduksi 2,5 juta ton baja dalam bentuk slide dan bilet.

Dirinya mengatakan industri sudah sangat menderita dengan harga gas yang sudah sangat lama, apalagi saat ini komponen energi termasuk gas sudah itu 51% dari biaya produksi. Harga iron ore US$ 58 per ton sedangkan harga barang jadinya US$ 400 per ton yang potensinya sangat besar.

Dirinya mengatakan bahwa rencana pemerintah yang hanya akan menurunkan harga gas dikisaran US$ 5 hingga US$ 6 per mmbtu tentunya sudah dilakukan dengan berbagai pertimbangan matang. Dirinya mengatakan bahwa hal tersebut merupakan wewenang pemerintah yang telah mempertimbangkan berbagai macam faktor, tapi dari sisi industri dirinya mengaku harga gas yang ideal harus berada di level US$ 3 per mmbtu.

"Itu kami serahkan kepada pemerintah, tapi seandainya bisa turun mendekati standar harga internasional itu kami bisa running sampai kira 2,5 juta ton output berupak bilet dan slide dari Cilegon," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia