JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) akhirnya mendapatkan pinjaman perbankan untuk membiayai pembangunan proyek Hot Strip Mill (HSM) kedua di Cilegon. Pinjaman itu berupa fasilitas Export Credit Agency (ECA) dari Commerzbank AG, Jerman. Nilainya mencapai US$ 260,05 juta. Nilai pinjaman itu memenuhi 70% dari kebutuhan investasi pabrik yang berkisar US$ 390 juta. Sementara sisa pendanaan berasal dari kas internal. Sukandar, Direktur Utama KRAS mengatakan, pembangunan pabrik baru ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk dan memenuhi kebutuhan pasar domestik, terutama untuk produk baja otomotif. Rencananya, proyek ini bakal selesai pada September 2017 mendatang. “Investasi ini membuat Krakatau Steel mempertahankan pasar utama untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) atau baja lembaran panas pada pasar nasional," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (21/5). Pabrik pengerolan lembaran baja panas yang kedua itu dibangun di atas lahan seluas 48 hektare di kawasan industri milik anak usaha KRAS, PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Pabrik kedua ini berkapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun pada tahap pertama, dan dapat diekspansi hingga mencapai kapasitas produksi 4 juta ton per tahun. Dengan begitu, produksi hot strip mill akan bertambah dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun pada tahun 2017. Tahun lalu, perseroan juga sudah meneken perjanjian pembangunan pabrik dengan Konsorsium Kontraktor EPC yang terdiri atas SMS Siemag Aktiengesellschaft dari Jerman dan PT Krakatau Engineering, anak KRAS. Bahan baku HSM akan berasal dari pasokan slab dari Krakatau Posco dan Pabrik Slab Baja milik KRAS yang lokasinya berdekatan. Sukandar mengatakan, pasar baja global saat ini memang belum kondusif. Namun, permintaan baja di Indonesia masih terus meningkat. "Apalagi saat ini pemerintah sudah memberikan perhatian terhadap industri baja dengan berencana menaikan bea masuk baja", tandasnya. Tahun ini, KRAS menargetkan bisa menjual baja sebanyak 2,8 juta ton. Tahun lalu, volume penjualan baja KRAS adalah sebesar 2,31 juta ton, turun 2,5% dari 2013 yang sebesar 2,37 juta ton. KRAS memang tengah berupaya memperbaiki kinerja keuangannya. Maklum, hingga akhir tahun lalu kerugian KRAS makin membengkak. Perseroan membukukan rugi bersih hingga US$ 149,8 juta pada tahun 2014. Jumlah kerugian itu melambung 973% dari kerugian tahun 2013 yang sebesar US$ 13,98 juta. Pendapatan KRAS juga menurun 10,3% menjadi US$ 1,86 miliar. Bahkan, beban pokok pendapatan KRAS tak jauh berbeda dari pendapatannya. Sehingga, hanya menyisakan laba kotor sebesar US$ 41,14 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KRAS raih pinjaman US$ 260 juta dari bank Jerman
JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) akhirnya mendapatkan pinjaman perbankan untuk membiayai pembangunan proyek Hot Strip Mill (HSM) kedua di Cilegon. Pinjaman itu berupa fasilitas Export Credit Agency (ECA) dari Commerzbank AG, Jerman. Nilainya mencapai US$ 260,05 juta. Nilai pinjaman itu memenuhi 70% dari kebutuhan investasi pabrik yang berkisar US$ 390 juta. Sementara sisa pendanaan berasal dari kas internal. Sukandar, Direktur Utama KRAS mengatakan, pembangunan pabrik baru ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk dan memenuhi kebutuhan pasar domestik, terutama untuk produk baja otomotif. Rencananya, proyek ini bakal selesai pada September 2017 mendatang. “Investasi ini membuat Krakatau Steel mempertahankan pasar utama untuk produk Hot Rolled Coil (HRC) atau baja lembaran panas pada pasar nasional," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (21/5). Pabrik pengerolan lembaran baja panas yang kedua itu dibangun di atas lahan seluas 48 hektare di kawasan industri milik anak usaha KRAS, PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Pabrik kedua ini berkapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun pada tahap pertama, dan dapat diekspansi hingga mencapai kapasitas produksi 4 juta ton per tahun. Dengan begitu, produksi hot strip mill akan bertambah dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun pada tahun 2017. Tahun lalu, perseroan juga sudah meneken perjanjian pembangunan pabrik dengan Konsorsium Kontraktor EPC yang terdiri atas SMS Siemag Aktiengesellschaft dari Jerman dan PT Krakatau Engineering, anak KRAS. Bahan baku HSM akan berasal dari pasokan slab dari Krakatau Posco dan Pabrik Slab Baja milik KRAS yang lokasinya berdekatan. Sukandar mengatakan, pasar baja global saat ini memang belum kondusif. Namun, permintaan baja di Indonesia masih terus meningkat. "Apalagi saat ini pemerintah sudah memberikan perhatian terhadap industri baja dengan berencana menaikan bea masuk baja", tandasnya. Tahun ini, KRAS menargetkan bisa menjual baja sebanyak 2,8 juta ton. Tahun lalu, volume penjualan baja KRAS adalah sebesar 2,31 juta ton, turun 2,5% dari 2013 yang sebesar 2,37 juta ton. KRAS memang tengah berupaya memperbaiki kinerja keuangannya. Maklum, hingga akhir tahun lalu kerugian KRAS makin membengkak. Perseroan membukukan rugi bersih hingga US$ 149,8 juta pada tahun 2014. Jumlah kerugian itu melambung 973% dari kerugian tahun 2013 yang sebesar US$ 13,98 juta. Pendapatan KRAS juga menurun 10,3% menjadi US$ 1,86 miliar. Bahkan, beban pokok pendapatan KRAS tak jauh berbeda dari pendapatannya. Sehingga, hanya menyisakan laba kotor sebesar US$ 41,14 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News