KRAS raih utang dari lembaga asing US$ 273 juta



JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) segera meraih kucuran dana dari lembaga pembiayaan ekspor atau Export Credit Agency (ECA) asal Jerman. Produsen baja ini bakal menjaminkan asetnya senilai US$ 378,4 juta demi meraih pinjaman tersebut.

Iip Budiman, Sekretaris Perusahaan KRAS, menjelaskan, pinjaman itu untuk membangun pabrik baja lembaran canai panas (hot strip mill) di Cilegon. Pabrik baru itu menelan investasi US$ 390 juta. KRAS bernegosiasi dengan lembaga kredit ekspor Jerman untuk mendanai 70% kebutuhan investasi pabrik itu. Ini berarti dana pinjaman yang diincar berkisar US$ 250 juta hingga US$ 273 juta.

Untuk menjaminkan aset demi memperoleh pinjaman ini, KRAS harus meminta restu rapat umum pemegang saham (RUPS) terlebih dulu pada 2 April nanti. Aset yang dijaminkan berupa lahan pabrik, mesin dan peralatan KRAS. Sementara sisa kebutuhan investasi pabrik baru akan didanai dari sisa dana initial public offering (IPO) KRAS senilai Rp 928 miliar.


Sejatinya, KRAS sudah menegosiasikan pinjaman tersebut pada akhir tahun lalu, namun prosesnya tertunda. KRAS berharap, pinjaman itu sudah bisa diperoleh pada Semester pertama tahun ini, sehingga bisa langsung memulai pembangunan pabrik. Jika tak ada aral melintang, pabrik baru KRAS akan beroperasi pada tahun 2017.

Iip belum bisa membeberkan struktur pinjaman tersebut. Yang jelas, pendanaan ECA dinilai lebih murah ketimbang pinjaman biasa. "Tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih kecil dan sesuai dengan kemampuan kami," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (18/3).

Pabrik baru ini diharapkan bisa memproduksi baja lembaran panas atau hot rolled coil (HRC) sebanyak 1,5 juta ton per tahun. Dengan tambahan pabrik baru, kapasitas produksi HRC bisa naik menjadi 3,9 juta ton dari kapasitas saat ini 2,4 juta ton per tahun.

Tahun ini, KRAS menargetkan bisa menjual baja sebanyak 2,8 juta ton. Tahun lalu, volume penjualan baja KRAS sebesar 2,31 juta ton, turun 2,5% daripada tahun 2013 yang sebesar 2,37 juta ton.

KRAS tengah berupaya memperbaiki kinerja keuangannya. Maklum, hingga akhir tahun lalu kerugian KRAS membengkak. Emiten ini menderita rugi bersih hingga US$ 149,8 juta pada 2014. Jumlah itu melambung 973% dari kerugian 2013 yang senilai US$ 13,98 juta.

Pendapatan KRAS juga menurun 10,3% menjadi US$ 1,86 miliar. Bahkan, beban pokok pendapatan KRAS tak jauh berbeda dari pendapatannya. Sehingga hanya menyisakan laba kotor US$ 41,14 juta.

Produsen baja pelat merah itu juga tak mampu menahan kenaikan beban umum dan administrasi yang melonjak dari US$ 95,2 juta di tahun 2013 menjadi US$ 117,6 juta pada tahun lalu. Harga saham KRAS kemarin melemah 1,11% menjadi Rp 445 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa