KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk melalui anak usahanya, PT Krakatau Tirta Industri bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) melaksanakan nota kesepahaman bersama dalam rangka membangun fasilitas pemanfaatan air laut untuk memproduksi air industri. Penandatangan kerja sama ini dilakukan di Gedung Krakatau Steel Jakarta yang dilakukan oleh Direktur Utama PT KTI Agus Nizar Vidiansyah dengan
Human Resources & Corporate Affar Director CAP Suryandi serta
Monomer Feedstock Director CAP Ruly Aryawan sebagai perwakilan dari Presiden Direktur CAP Erwin Ciputra yang disaksikan oleh Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim bersama jajaran direksi dan manajemen. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim menyatakan, proyek ini merupakan strategi perusahaan untuk mengembangkan anak usaha. Salah satunya dengan ekspansi secara eksponensial agar bisa menunjang kinerja Krakatau Steel grup.
“KTI kinerjanya baik tapi perlu dipacu agar keluar dari
comfort zone. Misal tahun lalu kami sudah menang tender dengan PTPP untuk membangun air bahan baku industri dengan kapasitas 1.000 liter produksinya,” kata Silmy, Senin (17/6). Silmy menambahkan pelaksanaan proyek ini sejalan dengan rencana Pemerintah Republik Indonesia yang tengah gencar melaksanakan pembangunan di bidang infrastruktur dan membuka akses pengembangan industri di seluruh wilayah Indonesia. “Proyek pemanfaatan air laut ini diharapkan menjadi langkah yang efektif untuk memenuhi kebutuhan air bagi kebutuhan industri di Provinsi Banten khususnya bagi CAP. Ini adalah strategi baru Perseroan untuk mendorong perkembangan bisnis anak usaha yang berpotensi,” ungkap Silmy. Sementara itu Agus Nizar Vidiansyah mengungkapkan, proyek pengolahan air laut yang akan dilakukan oleh PT KTI dan CAP ini akan menjadi salah satu sarana pengolahan air laut terbesar di Indonesia karena memiliki kapasitas produksi sebesar 800 – 1000 liter per
second (lps) dengan valuasi nilai proyek mencapai hampir Rp 1,5 triliun. Adapun proyek ini direncanakan dapat mulai beroperasi di tahun 2022. Lebih lanjut Vidiansyah menyatakan bahwa proyek ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kendala apa pun. “Kami pun menghimbau kepada jajaran manajemen agar dapat melaksanakan proyek ini dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, itikad baik, dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance),” tuturnya. Selain di wilayah Banten, PT KTI juga telah berekspansi ke wilayah Gresik, Jawa Timur, dengan memperoleh tender pembangunan dan pengoperasian Sistem Pengolahan Air Minum yang diadakan oleh PDAM Giri Tirta Gresik pada tahun 2018. Proyek ini akan memiliki kapasitas 1000 liter per
second dengan nilai investasi Rp 618 miliar. Pada 2018 kinerja PT KTI memperoleh laba bersih sebesar Rp 161 miliar dan diproyeksikan laba bersih PT KTI akan meningkat hingga Rp 163 miliar di 2019. Sedangkan untuk kapasitas air produksi saat ini 2.400 liter per
second dengan target kapasitas air produksi sebesar 3.500 liter per
second di 2024.
Human Resources & Corporate Affar Director PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) ,Suryandi menjelaskan MoU ini bentuk awal dari sebuah kerja sama. “Ini juga jadi bagian dari komitmen Chandra Asri Petrochemical untuk pembangunan Cilegon,” kata Suryandi, Senin (17/6). Suryandi menambahkan dalam waktu 10 tahun ke depan Chandra Asri akan ekspansi kapasitas produksi petrokimianya. Untuk itu kebutuhan air industri kian penting agar bisa menunjang pabriknya.
Sementara itu untuk kerjasama lainnya, Suryandi menjelaskan belum mau membeberkan. Yang jelas untuk periode akhir tahun 2019, emiten berkode saham TPIA fokus menuntaskan proyek Polyethylene. Sebagai tambahan informasi, saat ini TPIA terus menggarap proyek pabrik baru yakni pabrik Polyethylene. Rencananya, pabrik tersebut akan berproduksi di kuartal IV tahun ini. Kapasitas yang ada saat ini sebesar 336.000 ton per tahun, dengan kehadiran pabrik baru akan menambah kapasitas pabrik sebesar 400.000 ton per tahun. Sehingga nantinya total kapasitas pabrik menjadi 736.000 ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .