JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bersiap menggaet pinjaman baru. Emiten ini mencari dana US$ 70,6 juta sekitar Rp 862 miliar untuk menggarap dua pabrik baja baru, hasil kongsinya dengan dua investor asing. Salah satunya, pabrik baja KRAS berkapasitas 500.000 ton per tahun kerjasama dengan Osaka Seitetsu (Osaka Steel). Pabrik yang dibangun di Kawasan Industri Cilegon memproduksi tiga jenis baja, yaitu baja profil, baja tulangan dan flat bar yang dibutuhkan industri konstruksi. Nilai investasi untuk pendirian pabrik dan fasilitas produksi US$ 220 juta. Dalam perjanjian itu, porsi saham KRAS 20%. Sekretaris Perusahaan KRAS, Iip A. Budiman mengatakan, 65% pendanaan untuk membangun pabrik dari pinjaman perbankan. Dengan porsi saham KRAS yang di investasi, maka pinjaman yang akan dicari KRAS US$ 28,6 juta.
KRAS dan Osaka sudah membentuk perusahaan patungan, yaitu PT Krakatau Osaka Steel (KOS). Modal disetor dalam anggaran dasar KOS US$ 70 juta. Pada tahap awal setoran modal Osaka dan KRAS US$ 31,5 juta. Selain pabrik tersebut, KRAS juga memiliki perjanjian dengan perusahaan baja asal Jepang, Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (Nippon Steel). Kedua perusahaan baja itu sepakat membangun pabrik baja untuk kebutuhan komponen otomotif. Nilai investasi pabrik US$ 300 juta. Dimana 70% pembiayaan dari pinjaman perbankan. Pabrik dengan kapasitas produksi 480.000 ton per tahun akan memproduksi produk baja berupa cold-rolled steel dan hot-dip galvanized steel. Pabrik itu akan dibangun dan dikelola anak usaha patungan KRAS-Nippon yakni PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS). Seperti halnya KOS, porsi saham KNSS juga sama, yaitu KRAS 20% dan Nippon Steel 80%. Dari porsi itu, KRAS akan mencari pinjaman US$ 42 juta. Dus, total pinjaman baru yang dicari minimal US$ 70,6 juta. Iip bilang, KRAS masih bernegosiasi mencari pinjaman baru. Soalnya, kini KRAS masih fokus membentuk tim menyusun rencana teknis pembangunan pabrik. "Pendanaan untuk pabrik 70% dari perbankan, bukan obligasi. Kami sedang mencari. Saat ini porsi KRAS masih 20%. Bisa saja dinaikkan," ujar Iip pada KONTAN, Senin (29/9). Selain itu, KRAS juga tengah mengejar pembangunan pabrik baru yang akan memproduksi baja lembaran panas atau hot rolled coil (HRC). Pabrik baru diharapkan memproduksi HRC 1,5 juta ton per tahun. Emiten ini menargetkan kapasitas produksi HRC naik menjadi 3,9 juta ton per tahun dari saat ini 2,4 juta ton per tahun. "Proyek ini progress-nya sesuai target," kata Iip. Kerap pakai utang KRAS banyak mendanai ekspansi dari utang. Pada Maret lalu, KRAS baru menarik pinjaman US$ 90 juta untuk merampungkan pabrik baja terpadu PT Krakatau Posco di Cilegon. Pinjaman itu merupakan bagian dari pinjaman sindikasi dengan skema jaminan Agen Kredit Ekspor (ECA) US$ 200 juta. Sebelumnya, KRAS sudah mendapat pinjaman sindikasi pada 2012 US$ 1,72 miliar yang difasilitasi Sumitomo Mitsui Banking Corporation.
Namun, pada pelaksanaan proyek, anggaran biaya investasi tidak mencukupi sehingga Krakatau Posco kembali mengajukan tambahan pinjaman US$ 200 juta. Pinjaman tahap satu US$ 110 juta ditarik pada akhir tahun lalu. Analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, wajar jika KRAS banyak berutang karena proyek KRAS tengah dalam pengerjaan. Proyek itu diharapkan mendorong pendapatan dalam jangka panjang. Namun dalam jangka pendek, utang baru akan memberi dampak negatif untuk KRAS. Untuk menghindari rugi kurs, William mengatakan, KRAS kombinasi utang. "Akan lebih aman jika KRAS hedging," ujar dia. Saham KRAS naik 1,24% ke Rp 490, Selasa (30/9). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana